Selasa, 13 Desember 2011

Rendah dan semakin kebawah...
Wajar karena tubuh tak berarwah...
Menurut tanpa tau arah...
Kuatkan hati, urungkan asumsi diri...
Kembali semoga semua tak akan abadi...

"you rise me up, so i can stan on mountain"

Aku dulu menyanyikannya,
Di depan mereka untuk yang terluka.
Aku merasa seperti tema; PETRA "Batu karang yang tangguh"
Semua itu masih ada, sampai selamanya...

Meraba sementara, anggap sedang buta.
Hanya sementara!
Pahami sendiri, anggap sedang tuli.
Hanya untuk sendiri!
Suatu saat pasti ada,
Bukan aku yg terluka,
Bukan aku yg depresi dan sendiri,
Tapi aku, aku yang lain...!

Kamis, 01 Desember 2011

29 September 2009

*Puisi ini masih ku simpan, mungkin suatu saat bisa menjadi rekaman bila kita pernah jauh dan kini satu pilihan dalam perubahan...

***

Siapa dia? Seperti pernah ku kenal. Angkuhnya...
Lembayung rasa berkata saat udara penuh curiga. Aku ingin namanya ku sebut. Tapi sadar aku masih di dasar laut. Aku takut!!

Biar namamu ku simpan di sini, di dalam cita ini kalau aku ingat akan ku cari lagi. Sampai jumpa di lain hati...

L***** *****, Aku harus pergi kawan, demi hidupku, inginku aku terbang. Ingat aku dari istanamu...

*Di atas tisu ku tulis puisiku, bekas air mataku, di ujungnya ku tulis namamu. Ku simpan dan berusaha berlalu...

Gerbong 7, Gajayana.

Seperti Mimpi

Tahan asumsi dan injak emosi, mungkin memang waktunya kita kecil dan terpencil.
Kau lupa? Mediator air mata kita masih belum puas meronta.
Aku belum lupa, kita sanjung sempurna makna merdeka. Aku dan kamu masih tak berhenti di sini. Seperti mimpi!

Merenung tak akan pernah menambah reputasi. Jalani, tangisi, atau hancurkan diri bila puas meluapkan hati. bila sakit biarkan sakit, dan jangan pernah sesali bila suatu hari senyum itu bangkit!

Mungkin hati kan melunak, bila rasa tak jua jinak.

Diam bila ingin diam. Jangan buang hati untuk hal tak berarti.

Rindu...
Rindu di sini...!

"Winter", 01 Desember 2011

Rabu, 16 November 2011

At 00.00pm

Apa rasanya ini, kesepian atau ketakutan, resah tapi tak ada yg salah. Aroma tadi malam beriring nyanyianku sendiri seperti luka yg separuh sudah tak terasa. Angin, aku dingin, jangan bertiup lagi...

Sendiri sepi mengais kekuatan menutup hari, tinggal menutup hari ini, malam ini sunyi, hanya aku dan kejanggalan rasaku, tak ada yg tau, hanya aku dan puisi sepiku.

Satu di setiap bilik otakku; "ini cinta atau luka?" dan aku bawa kalimatnya dan bercanda di atas pusara sementara. Siapa tau jawabnya ada di pinggan roti esok pagi, dan larut dalam secangkir kopi. Aku pasti bernyanyi lagi, dan tak merintihi candu puisi.

Ocean Shores, 16 Nov'2011

Selasa, 08 November 2011

Munafik, surat kepada...(?)

"Sayang, cepat datang, jendela sudah ku buka terbentang, jangan lewat belakang...!". Rinduku sudah tak terbatas, sudah ku titipkan bintang, matahari dan semua yg ku temui.

Seharusnya malam ini belum tergeser mentari, seharusnya malam ini tak secepat ini. Semua salahmu! Pelukanmu yg membuat malam ini singkat, sentuh bibirmu membuat malam ini lewat. Aku benci! Aku ingin selamanya begini.

Malam ini sempurna, sudah ku genapi cinta kita, tanpa liturgi, tanpa dokumentasi, kita langkahi semua asumsi.

*Agustus'2011

Dosa terindah, Apakah kamu takdirku? Sedang semua hanya mencibir dan aku merasa tersindir? Salahku, Saat semua menatap kisi kejamku mencintaimu? Panjang, masih panjang ceritanya. Munafiknya masih ada, seperti cintanya. Dan sakitku masih terasa.
Salahkan aku, aku tetap merasa bahagia. Pidana aku karena salahku, dan aku tetap tertawa...! Karena cintanya bukan masuk dari jendela yg terbuka, tapi dari rasa yang sama sekali ku sengaja.

Lucu, manusia aneh itu kamu. Shobat rupa penghianat!! Katakan pada semua, dan aku katakan padamu saja; "selamat malam wanita munafik....!" :)

Minggu, 30 Oktober 2011

Aku Jatuh Cinta

Catatan yang menumpuk, hanya ku kumpulkan saja biar suatu hari terjual habis, laris dan menjadi kisah romantis.

Antara aku dan hari hariku...

Hari yg ada, dan akan terus ada sampai masanya. Aku dan ketegaranku yg semakin terseok pulas dgn jalan pintas. Aku bosan sebenarnya, tp aku tak ingin diam dan berhenti berkata, berkarya, dan berdoa. Masih ada cara, masih banyak kata.

Di sini lagi aku malu, di sini lagi aku ragu. Malu menuju masa depan yg tak tau kapan. Ragu meninggalkan kenyamanan dalam pelukan yg sama sekali mengusir bersih rasa takutku pada duniaku. Aku butuh itu...

Di ruangan ini aku sendiri, meninkmati pengap yg menyakiti dgn keacuhannya. Bayanganmu ada di sini, menyentuh pipiku, dan tidur di pangkuanku. Lagu lagu generasi biru ku dengarkan dari sanubariku yg menghentak namun sesaat terdiam, terjadi berulang ulang. Saat aku rindu saat itu, aku merasa jatuh cinta lagi, dengan orang yang sama, dgn cinta yang lama. Aku jatuh cinta...

Ruangan ini semakin sunyi, dan mendikteku untuk menulis tentang kata, tapi apa? Masih ku fikirkan saja. Aku masih tak mampu bercerita...

Surabaya, 25 Oktober 2011

Ini, itu...!

Lebih baik diam dari pada angkat bicara dan berbaur dengan asumsi mereka yang sama-sama tua tapi angkuhnya luar biasa, berperang tentang fakta dan pendapat. Sekilas suasana ini yang ku benci, terkurung dalam kubu terbatas yang sepintas mirip pembuangan sisa semangat. Di tempat ini, di episode ini aku ingin segera tamat...

Akankah...? Mungkinkah...? Banyak hal tergambar, menyumpal di ujung otakku. Hampir serupa sampah, tapi enggan tak berulah. Masih saja menyemangati hari-hari ku. Menggangguku tepatnya!!

Ini, itu...

Permata Juanda,
23 Oktober 2011

Selasa, 18 Oktober 2011

Catatan Terlupa

Mengutip catatan yg tadi terserak di bawah meja. Sudah ku injak sebenarnya, tp ku pungut dan ku kutip lagi: Catatan yang terlupakan...

Hatinya berdebar, sampai panas dingin tubuhnya tak karuan. "Hari ini mataku dan matanya akan menyatu di sebuah titik sama". Untuk yang pertama setelah sekian lama terlupa. Pelan tapi pasti waktu terlewati. "Kau ku sayang, aku kau sayang..."

Singkat cerita: cinta itu derita. Sakit, tp masih jua mau bangkit! Air mata sering menjadi campuran minuman mereka, namun mereka bahagia. Katanya cinta itu komitmen, tp kata mereka cinta itu; "Emm.... Apa ya? Jalani aja kalee...!!"

Saling silang wayah berganti cerah. Waktu berganti pilu, seolah aku hanya milikmu, pilinan rasa sudah menyatu, serasa tak ada lg yg mengganggu. "kami bahagia...!"

Lagi-lagi ceritanya disingkat mengingat catatan panjang tak sekomersil catatan kecil padat berisi: "Sayonara...! Kembali aku padanya, perjuangan panjang melawan emosi jiwa yang bakal terbungkam, tertikam aturan kejam". Air mata mereka kembali mengudara. Di atas pelukan mereka bercanda dengan luka.

Singkat cerita, (lagi lagi di singkat); "aku menangis sekarang, mengenang hari yg kemarin...!" tak ada yang lain. Mengenang air mata yg runtuh dari dadaku.

Senin, 10 Oktober 2011

Jawabnya

Sahabatku itu mabuk, dan aku sedang butuh teman:
Sekarang aku jarang berhayal tentang masa depan, tentang rumah kecilku yang serba hitam dan putih, yang tilam serba biru yg mirip futon lantai, dan tentang anakku yang berlari manja dan totalitas berawajah ayah, yg sangat jarang ku ikutkan dalam hayalku (maaf sayank, tetaplah berdoa...!). Dan lebih parah lagi aku selalu malas terbangun walaupun nada dering membangunkanku dari sana sini.

Katanya: "kalau besok pagi aku mati, aku tggu kau di dermaga surga". Katanya, senyumnya seperti sebotol anggur bagiku, dan kita tertawa bersama. "kita menikah di akhirat saja. Bagaimana?" tawa kita meledak, cacian dan emosi jiwa untuk diri sendiri sontak gemertak menghangatkan malam pengap saat hatiku muak dengan perjalanan ini.

Right! Back to story. Sakit, sakit, sakit...!!! Apa cara untuk ku mengalahkan semua ini? Ku tatap chivas regal di sudut meja, ku temukan jawab di atasnya, dan ku ingin kembali bermimpi, lagi untuk memulai hari ini. Dari hari ini aku bangkit lagi, dengannya aku bermimpi lagi, di atasnya ku temukan jawabnya.... Jawaban kosong yang masih tetap kosong...!

Mr. G, tadi malam.
October'10, 2011

Sabtu, 08 Oktober 2011

Selalu ingat, tak pernah bisa bila
tak ingat, bahkan aku ingin tak
mengingat, tp masih juga ingat.
Psikologi cintaku, selalu ingat
kamu...
Sudah lama berlalu, menjadi
lagu lama dalam pantulan
tembok berlumut menghentak
seolah berniat retak. Lama sekali,
tapi masih juga di hati. Masih
terasa di halaman itu berserakan
Daun kering yang tertimpa
hatiku, berguling bersama
terseok rasaku yg remuk tercicir
bersama bulir debu hari-hari
terlupa masa itu.
Kuharap semua berlalu, tp masih
tidak dari ingatanku...! Hari itu
aku bercinta dengan air mataku,
merangkul sisa kekuatanku agar
tak tertinggal pula di terasnya.
Hari ini sebuah cerita lama,
sudah tak indah lagi ku rasa, aku
terlanjur lupa, dan aku mulai
mendua, lama lama setia dan
cinta lama itu sudah tak ada.
Sama sekali tak tersisa.
Tadi ku intip dari jendela hatiku,
silau cahayanya mengingatkan
aku dari terangku. Aku
tersenyum di balik tirai hatiku
dan berkata "cerita lama... Maaf
aku sudah mendua!".
Ku tutup tirai ini rapat-rapat,
agar semua tak nampak dari
luarnya, dan aku kembali
terluka...

Jumat, 23 September 2011

Teman baruku, tembok di sebelahku

Jauh di sana hanya ada 2 bartender lengkap dgn background dan propoganda seperti set cruiser, walau keadaannya sepi mampring di luar dugaan. Caffe yg tak bertamu. Dan hebatnya keduanya tenang saja seolah berkata "mengatasi kesendirian tanpa kesepian"...

Lain lagi, seorang tua, mengadopsi botol plastik yg terlantar kemudaian mengisinya dgn air mineral, perlahan meneguknya dgn rasa syukur dan kembali ke pelukan sinar yg menurutku kejam. "Dedikasi mengalahkan segalanya" sisi lain ungkapan itu.

Di sini, aku dgn segala kehebatanku hampir berhasil mengatasi kekosongan, menghadap tembok berisi jadwal liturgi membosankan. Menatap satu titik hitam yg lama-lama melebar memenuhi pandangan.

Lagu lagu dangdut masa kini membuat kepalaku copot sebenarnya, seni yg semakin gila, sama sekali tak berbau edukasi. Maaf kritis itu perlu!! Tapi mau apa lagi, namanya juga seni. Toh akupun juga sakit hati bila di katakan "orang orang seni identik dgn kegilaan".

Tiga, dua, satu... Aku mulai berkenalan dgn tembok di sampingku, dan dia seperti mengintrogasiku. Bertanya "Siapa aku?"

Perlahan aku ungkapkan isi hatiku. Hari ini menyebalkan, aku rindu banyak orang, dan tak satupun mampu aku temui. Tembok putih itu tersenyum, berkata "Bukan kah memang hari-harimu memuakkan?"

Dan ia mulai bercerita:
Kegagalan itu adalah ketika aku menunduk dan menangis di ruangan gelap, tak ada seorangpun yg tau dan tak ada seorangpun yg perduli. Dan hendaknya ketika kegagalan itu ada, ia sudah siap dgn kebangkitan yg baru. Adalah ketika kau mengangkat kepalamu, dan mengusap air matamu dgn kedua belah tanganmu sendiri, dan tersenyumlah. Sadari bukan kamu sendiri yg pernah menangis.
Lihat mereka yg disana...

Waktunya aku ada di mata mereka, waktunya aku menjadi bagian dunia. Semua akan terus berjalan dan baik-baik saja.

Pesan singkat teman baruku, tembok di sampingku. Jangan sebut aku gila...!

Minggu, 18 September 2011

Noktah

Siang tenang di tempat kerjaku...

Di sudut sana dia tertidur, di sudut yg lain mereka merangkai asap rokok sambil membicarakan sepuah resesi, seperti di sebuah warung kopi. Aku, ku naikkan kakiku di atas meja kasir ini, pada dasarnya aku insom, tak akan mungkin tertidur di tempat begini, ku nikmati saja... Ku tegakkan pena, dan mulai mencabik kertas putih yg ku anggap seluas sabana.

Membayangkan di sebuah ruangan, kau dan aku di sana. Menciptakan noktah yang sama sekali tak terduga. Semoga itu janji... Kemarin itu terjadi, sampai sekarang masih terasa.

"Pangeran Arturku...
Hidupku tak lama lagi" kataku...
Dan kau berkata "karena hidupmu akan menjadi satu dengan hidupku nantinya..." dan kau tersenyum.

Angan kita beradu, menghadap langit2 kamar yg terasa kian membiru. Membiaskan warna warni rasa kita yang melengkung murung seperti pelangi. Sakitnya tak terasa, terhapus senyummu yg menembus semua sakit, menjadi antibiotik dalam setiap pedihku...

Peluk aku, hatiku mulai dingin, merasakan sakitnya noktah merah di atas tilam... Biar nantinya tak terurai dan tercecer di jalanan...!

Stop, ini rahasia, diam saja bila otak anda mengada ada!!

*temanku di ujung sana terbangun, yang di sudut lain berhenti bercengkrama tanpa ada penyelesaian nasib negara. Ok! Aku harus berbuat yg lainnya. Dari pada di tegur atasan, dan di pecat. Aku makan apa?

INDOfutsal state, 19 Sept 2011

Jumat, 16 September 2011

Memilih mati...!

Membuka catatan baru bersama melodi lama yg tak terucap.

Makna mandiri, berdiri sendiri, memutus marka dalam ucapan dosa; kata mereka sebuah loyalti lunas, bahkan dedikasi tinggi seperti dalam jangkauan satelit dalam episiklusnya adalah rupa hidup. Tapi aku?? Sulit di bayangkan, apalagi di katakan.

Semua sudah di abaikan, akupun berusaha melupakan. Kata mereka ke kurangan ku bergincu kelebihanku, ternyata mereka bohong! Mereka hanya berfikir dari mana aku? Seperti apa aku bukan menjadi hal maklum dalam kembali pada sinar ku sendiri. Redup, dan semakin menghilang...

Tidak di perdulikan, dan aku hanya bisa terima dan berkata "ya", tanpa siapa-siapa, bahkan semakin menganggap Tuhan mengabaikan aku, dan akupun sebaliknya.

Sampai kapan dunia menyimpanku, aku bosan hidup, tapi bukan berarti siap mati...! Hanya seperti ingin memilih mati...

Sabtu, 27 Agustus 2011

Warning...!!

Mereka bilang begini padaku: jangan menulis lagi karena kegilaan mu akan semakin terrealisasi karenanya. Semakin mendramatisir tentang keadaan mu yg sebenarnya biasa-biasa saja.

Persetan! Bagiku di sini hitam putih mampu menyatu, di sini mampu menampungku dan menyembunyikan sekaligus mengutarakan isi hatiku. Bukankah lebih baik dari pada berkawan wisky dan kawan sejajarnya?

Right, itu katamu, dan aku punya kataku. Entah kau iri atau sindrom mu tingkat tinggi. Karena bagiku coretanku tak pernah mencubitmu.

Hanya berusaha memendam sisi liarku, bila kau rasa terganggu berusahalah buta terhadapku. Warning!! Karena maafku terlalu indah untukmu: Mantan sahabatku, kandidat musuh baruku.

Kamis, 25 Agustus 2011

Lintah itu menang! Bersama sorak sorainya yang berbaur tangis, ronta, dan rasa.

Cermin retak, sontak pecah, membelah buah rahim yang sama. Seperti aku yg pernah tinggal di rahim itu, pun dia... Dan pecah, kocar kacir tercibir idealisme lintah jalanan.

Mereka bilang dia ayahku,
Tapi bukan bagiku,
Ayahku sudah tenang di sana,
Dan menjadi penduduk tetap di surga,
Mereka bilang yang di rumahku adalah ayahku,
Aku bilang dia LINTAH...!

Ya sudah, aku pergi, dongeng cemara sudah selesai...

Memory, 07.08.11

Kamis, 21 Juli 2011

Klimaks

Klimaks 02 Juli 2011

''Ku tunggu kau di sana...!" kataku memutuskan. Ini pertemuan yang adalah awal perpisahan, lain lagi ceritanya.

5 musim ku gagahi. Dengan kelabu bercampur biru yg sedikit ungu membayangkanmu ada di sampingku. Mimpi tersusun atas dasar imaginasi berbaur ungkapan religi sudah berlalu. Klimaks adalah hari ini. Ada apa hari ini...? Kediri, I'm in love...

Masih berlanjut...?

1:1000, masih berlanjut...?

Satu lagi kegilaan dalam kekacauan. Kuat! Aku kuat!! Satu hari ku rasa bahagia dan seribu hari ku rasa kecewa. Kata mereka aku kuat. Sumpah, mereka berdusta, mereka bohong, mereka melihat air mataku seperti tenunan sutra yang hari ke hari menjadi sari. Mengapa mereka tak pernah sudah menyalakan api pesimisku? Aku sudah terbakar kawan...!!! Tolong padamkan...!!!

Racu racu malam, dan igauan mimpi masih sama namun kenyataan sudah berbeda. Baru kemarin ku rasakan memeluk dengan rasa "iya", tapi hari ini lagi ku katakan memelukmu dalam "iya" animaku dan "tidak" dalam nyataku. Tuhan, aku mengeluh padamu...

Apa salahku?? 1:1000, satu bahagiaku di kuasai seribu air mataku. Ubah aku, satu senyumku menjadi alasan untuk ku mengusap seribu linang linang perih kekuatanku. Sabar........

Hemofilia, hemofili sosialis

Hemofilia, hemofilia sosialis

Aku kira semua cukup satu kata; "iya, aku jalani...!". Namun sebuah sinopsis masih berlanjut...

Di rumah itu ada sebuah boneka, rumah yg bertiang lapuk, berdinding gapuk. Idealisnya itu isi di dalamnya. Ada boneka cantik menahan depresi di dalamnya. Sana sini berbicara tentang kesalahannya, ini itu menjamah tanpa ramah selubung perasaannya. Boneka itu selalu menangis!! Menahan gertakan halus hemofilia sosialis yang masih dan akan selamanya menjadi teroris.

"Hey, boneka itu berbicara...! Dengar katanya..."
Apa salahku, menahan maluku, tanpa aku tau di mana salahku. Kurasa aku tak pernah meracuni waktu di seluruh hidupku. Aku taati semua markaku, dan aku merasa surga milikku, intelegensi ku dapat dari perjuanganku, dan aku baik-baik saja. Tapi kenapa tubuhku penuh kusta rasanya. Hina! Dan di perhitungkan bukan dari diriku, tapi dari di mana aku berasal. Tuhan, apa salahku??

Haisss!! Percuma berkata! Kau sudah mengaliri darah dari mana kamu ada. Hukum hemofilia sosialis sudah memelukmu. Itulah dirimu, itulah nasibmu. Terimalah, dan menangislah, menangislah, dan tak akan ada yang mendengarmu!

Hanya boneka cantik di dalam kebusukan, dan kebusukan itu ada pada wajahmu, menangislah, dan menyesalah, marahlah padaNya karena Dia tak mengizinkanmu memilih di mana kau ingin di lahirkan...

Aku adalah boneka merah jambu yg sesaat kembali membiru...


Kediri, 10 Juli 2011

Senin, 04 Juli 2011

Hari Kedua

Kenapa waktu itu berlari saat emosi mendatar sejajar rasa wajar yg jarang berpihak padaku?
Kenapa waktu seperti enggan berjalan, hanya sesekali melompat saja saat riuh kemarahan dan frustasi memelukku erat tanpa syarat?

Aku takut bertemu denganmu, bungaku. Bukan karena apa, hanya karena aku takut berpisah lagi nantinya. Kau tau kan rasa sakitnya???

Hangatnya selimut malam ini karena berhias hayal pelukanmu...!
Demamku sedikit meninggi dan kemudian merendah ini karena bercampur imaji memelukmu...!
Dan aku tetidur dan sedikit tersenyum karena aku bertemu denganmu dalam malamku...!
Good night...!

Sun.03.07.11

Minggu, 26 Juni 2011

MARKA KU

Masa ini mempunyai marka. Yang tanpa skripsi, namun penuh edukasi. Cermin pecah terdiam, aku terdiam... Ia menceritakan aku sudah berbeda, jauh berbeda dari empat musim lalu. Wajahku memucat, tak lagi ada rasa bahagia. Entah mengapa...??

Ku tinggalkan semua, beralih berjuang di medan lainnya, apa aku sanggup?? Kutanya pada wajahku di dalam biasan cahaya di dalam kaca. Tapi aku tak menjawab, aku hanya melihat wajahku tertunduk. Lesu, dan kian pilu.

Ada kalanya butuh bercermin, mengadili diri, dan menjadi hakim antara kesalahan melawan kebenaran. Meyakini kata mereka tentang kekuranganku adalah benar, dan menolak kualitas diri dalam kebijakan dan menjadi keyakinan mati.

Sekarang tinggal satu cita-citaku: ''aku ingin sempurna seperti mereka yg slalu merendahkan dan mengusut kekuranganku". Ya, karena mereka sempurna, merasa sempurna tepatnya...!

Aku berjalan maju, aku tau markaku, aku lebih dari sekedar tersingkir dan tercibir. Tanah ini ku tinggalkan. Sampai jumpa di kehidupan yg lain kawan. Terimakasih bermain sekejap masa bersamaku. Hormatku untuk pejuang harkat dan harga diri.

Rabu, 15 Juni 2011

Aku Ini Preman

Kadang aku ingin buta akan cinta, ia membuatku rindu, ia membuatku pilu, mengenang, melamun saat aku tak harus pikirkan itu. Tak nyaman rasanya!!

Pagi ini, saat ku berfikir tentang itu: tetangga dudukku yang adalah temanku berkata, "mengapa kau masih kuat dalam angkuh pertahanan mimpimu, dan mengapa kau tak ambil kemanjaanmu menyerah pada cinta tanah pusaka yang memeliharamu?"

Aku ternganga dan tak lama tertawa, isi kepalanya tak beda jauh dengan asap rokok yg menyumpal di atasnya. Sumpah! Itu pertanyaan lucu dalam pemikiranku. Di jaman generasi tiga masih sanggup dia tanya hal bento seperti itu. Bergumam aku: "Jangan tanya aku tentang mimpiku karena menjawabnya jauh lebih sulit daripada melewati hidup sehari di sini, dan jangan ungkap tentang manjaku karena melakukannya adalah jauh lebih gila dan sulit dari pada menjalani hidupku selama ini"

Mengganggu saja! Seharusnya dia hidup di jaman batu besar saja bila otaknyapun membatu. Di peluk saja aku tak pernah, apa kah dia lupa bila aku ini preman?

Hari yang menyengat, hari yang semangat, tapi juga berat. Tuhan aku lelah sakit hati!!!

Hujan Kali Ini

Percikan hujan ini menggodaku. Tak terasa namun seperti sebuah ungkapan, ia menemaniku dan aku menatapnya. Dan maaf, hatiku tak ada padamu, hujan kali ini...

Lebih terfokus pada kidung rohani yg menyebar ke seluruh tubuhku, berasal dari pendengaranku, karenanya aku melamun...
''Dari semula Kau tlah tetapkan, hidupku dalam tanganMu, dalam rencanaMu Tuhan, rencana indah yg kau sediakan, untuk masa depanku yang penuh harapan..."

Sepertinya tadi aku menangis, tapi di mana air mataku, di mana suaraku. Ach, mungkin tercampur air hujan. Dan karenanya aku pun tak merasa hujan...

Hatiku hanya bergumam; "Tuhan, engkau di mana?" dan air hujan semakin memelukku, erat sekali, hingga aku tak sadar lagi siapa aku, di mana aku...

Sucikan aku, Tuhan...!

15 June 2011

Kamis, 02 Juni 2011

Dua Waktu

Ku pugar mimpiku...
Ingin ku ukir kebencianku padamu di atas serpih pasir putih, agar saat buih beralih cintaku kembali putih...

Ai...
Saat aku berkata; ''I miss you!" menjelang tidurmu bukan berarti aku ingin kau bersamaku, aku hanya ingin kau pun berkata hal yang sama, dan aku 'kan tertidur dalam kapasitas dan kadar kerinduan yang sama sepertimu. Dan betapa ku kan mengerti memilikimu bukan sesuatu laba terang, tapi segenggam investasi untuk masa depanku yang tak pernah hilang.

Arang, ia tak pernah menyesal bila hilang hitamnya menjadi abu yg kelabu. Kerang, ia tak pernah menangis saat terluput dari mutiaranya yang lama menyatu. Tapi aku bukan arang dan kerang. Dan aku akan menyesal, menangis bila kau hilang dan terluput dari hatiku... Bukankah kau pernah bisikkan: bukan seringnya menatapmu adalah bukti cintaku, tapi seringnya menyebut namamu dalam doaku adalah keabadianmu mengasihi aku yang slalu terlepas dari pandanganmu... Bukankah demikian?
Apa kau pikir cinta adalah barang murah yang lumrah untuk di jamah? Atau kau pikir cinta adalah anugrah?? Mencintaimu, aku tak akan pernah menyerah...!

Saat ku pikir cinta berawal dari Adam dan Hawa, kau pasti bersiluet berlanjut pada Romeo dan Juliet. Dan kita sama-sama tertawa saat cinta tenggelam bersama Jack dan Rose. Dan untuk selanjutnya adalah cinta ada padaku dan kamu. Ada-ada saja!!

Panjangnya waktu saat aku jauh darimu, sulitnya memawangi kesedihanku saat aku merindukanmu... Semuanya semakin jelas mengatakan pada air mata "aku hanya ingin bersamamu dua waktu saja, SEKARANG DAN SELAMANYA".

Ku kalahkan arogan jalananan bersamamu dan kepadamu; jatuh cintaku...

Selasa, 31 Mei 2011

CURHAT

Malam buram di victorya park...

Apa ya? Ah, tidak! Tidak ada yg ku fikirkan. Mungkin aku sedang damai. Atau mungkin juga aku sedang kosong.

"cah ayu, tulung sampean isi pulsa hp ne ibu iki nduk!" (top up pulsa dr kartu prabayar).
Aku menoleh, antusias nampaknya, walaupun sebenarnya aku enggan di kacau. Tak apa lah, semacam pahala ku lakukan saja! Dan benar saja, perbuatanku di balas dengan bertubi-tubi kata "terimakasih". Aku tersenyum, sdikit bangga, bukan karena apa, tapi ku rasa dosaku berkurang sepersekian persen rasanya. Ihirrrr!!

Beres! Dgn satu ibu jari ku tolong dia. Ku acuhkan lagi seperti semula. Mengamati setiap sudut tempat dan gambaran berbeda. Tapi satu dalam nama; Buruh Migrasi Indonesia. Dari yg biasa-biasa sampai duplikasi Paris Hilton ada semua! Dari yg membungkus tubuh dalam suhu panas seperti inipun ada. Memahkotai kepalanya dgn jilbab beraneka warna sakinah. Dan satu kata SALUT! Dan lebih luar biasa adalah yang menempelkan kain sejengkal saja dan bra harga $5 pun ada!! Tiga warna dalam satu helai rambutnya meski warna tubuhnya beraneka seperti batik Pekalongan. Full imitasi dan modivikasi. Dan satu kata MEMALUKAN!! (Maaf kritis itu perlu!)

Ibu ini lagi; menghela nafas panjang, berat rasanya. 48tahun sudah dia mendiami bumi. 15tahun menjanda. 2tahun menjadi kuli di negeri kaisar penuh ambisi. Dan kurang lebih 60menit duduk di hadapanku. Bergulat dengan ponsel nokia "mid end", mungkin sedikit sulit baginya memahami kemajuan revolusi. Rohaniku mendongak, sedikit bersyukur mengingat Tuhan. Hal yang ku lakukan dengan satu ibu jari saja baginya adalah lebih baik mencari bantuan kpada lain orang. Terimakasih Tuhan... Aku tersenyum.

Dan rupanya ia memperhatikanku. "sangat muda kau sepertinya", Katanya. Banyak hal dia tanyakan. Macam aku ini calon menantunya. Ach, tak apalah! Dari pada menunggu angin. Pasang muka respon pendengar walau telingaku tuli rasanya, dan itulah hebatnya saya!

Dia kecewa, putra tunggalnya mengindap dan menularkan virus merah jambu pada seorang gadis. Gawat kronis dan sudah tak mampu di tanggulangi lagi! Katanya... Niat semula adalah ingin anaknya menjadi sarjana, dan membuktikan janda bukan benalu. Janda mampu bangkit mengikat kain kabung tinggalan sang suami pada keningnya, berbekal ketidak tahuan melompat terjun bebas ke negeri asing. Inilah pejuang!

"Lalu?", kataku...Seminggu lalu anak emasnya terkhilaf, menanamkan virus merah jambu pada rahim cucu perempuan Adam. Aku kecewa di buatnya. Di matanya sedikit memerah, membangkitkan jiwa penghiburku, ku mulai wibawaku menjadi pendengar dan komentator sejati. "Trus...?" tanyaku dalam suasana hati yang baru. "Belum lagi dia menyenangkanku, arjuna kecilku berpindah menyelingkuhiku. Sedihnya aku!"

Aku bergumam. Inilah canggihnya di negeri ini. Macam layanan WiFi. Layanan "curhat" juga selalu aktiv "anywhere everywhere" walaupun terkadang respon berjalan sejajar siput.

"Dua tahun yang lalu ku turunkan tanganku, ikhlas menjadi kuli, menentang rambu rambu ketakutan di hati, karena nurani kebunda'an ku lebih besar. Mengais rejeki demi anakku yang kelak mengembalikan wajahku dari pilu dan kisahku menjadi buruh migrasi. Kutinggalkan dia dalam percayaku. Membantunya dalam doa dan air mata berharap sejurus semakin besar namanya" dia terdiam. Gemuruh yang riuh sudah semakin membisu di sini. Banyak sudah otakku mencatat pertanyaan dan pernyataan berharga. Nikmat sangat menjadi anaknya? namun aku merasa paling nikmat menjadi anak ibuku...! Kejam atau sudah menjadi hukum alam hal yang seperti itu? Virus merah jambu mengalahkan segalanya. Luar biasa! Ibu yang lelah menapak mimpi di sini, dan mimpinya retak tanpa arti. Kejahatankah yang seperti ini??

Victorya park, mei'2011

Sabtu, 28 Mei 2011

Pesan untuk anakku

Diary untukmu:
Pesan untuk anakku, yg belum ku kandung, dan sangat jauh akan terlahir.

Langit menggumpal hitam ini ternyata sepetak ruangan. Oasis gelap ini ternyata sebuah pandangan sempit. Menyesakkan saja sebenarnya. Aku tak percaya vonis ini! Dan aku tak perduli!!

Aku berucap padaNya, "Suatu saat aku pasti punya anak. Menamakannya jauh lebih indah dari mutiara laut mati, menghajarnya seperti menempa emas murni, dan menanamnya seperti padi". Aku tak percaya vonismu, aku lebih percaya imanku. Ku katakan dan aku pergi, anggap saja ini kompetisi imanku dan vonismu...!!

Mimpi tak pernah salah. Sekedar memprofokatori imanku untuk berkata pasti walaupun bukan sekedar tesis sang pemimpi.

Di dalam hati aku tertawa: aku takut menikah, dan mengerikan untuk membicarakan semua hal-hal pelik di dalamnya. Yang kata mereka adalah firdaus, namun sering ku melirik dan sedikit terpicing melihat api derajat tinggi di atmosfirnya. Bersyukur dalam hati, kekasihku sehati. "Nikah urusan nanti! Bukankah kau masih segera minggat dalam waktu dekat?" Yg pantas adalah berpegang pada Amsal; "Siαþα мєηαгυн Ъєlαş кαşiнαη кєþαđα oгαηģ γαηģ lємαн, мємiυταηģi TUHAN, γαηģ αкαη мємЪαlαş þєгЪυαταηηγα iτυ"

Sebelumnya jauhkan ensiklopedi mati tentang kebodohan ibumu, dan kau akan ku lahirkan. Sabar nak...!

Tsing Yi,
26 mei 2011

Selasa, 24 Mei 2011

Malam ini adalah "Kamu"

Ku telan lagi rasa ini, manis atau pahit sama saja. Katakan mati rasa!

Di sudut kelengangan malam, terdiam, tercenggang seperti terborgol destinasi, pengalaman yg ku rasa sudah menjadi kebiasaan membosankan. Hah? Persetan dengan pengalaman! Toh yang ku rasakan hanyalah tekanan demi tekanan berujung depresi. Pekerjaan sebagai kuli, apa lagi kalau tidak bertema memuakkan. Hidup di bawah kata sabar. Dan menyadari hal terbaik dari hidup ini adalah belajar mencintai pekerjaan yg saat ini mencintai kita. Mau apa lagi??!

"Aku ingin tidur!!" bukankah ini yg ada di otakku tadi siang, saat matahari menuding ku dgn sejuta hasutan semangat? Skarang sudah waktunya, gelap sudah lewat, tp aku terlanjur tergiur ambisius sang mentari, dan aku enggan mati. "Tidurlah tolol!!" kata ku membujuk diriku...

Hanya tiba-tiba teman tidurku terjaga. Teman dalam makna sebenarnya. Mengigau seperti bercengkrama. Ku pukul keningnya. "busuk kau! Menejutkan saja!". Dan dia kata "arwah nenekku mengacaukan tidurku!" Dasar pemistis busuk! Benar benar busuk! Masih tak sadar jua dia bila aku penakut kelas pobia!!

Aaaaach!! Seperti jerit malam saja! Di kepalaku seperti ada mesin menderu. Mereok-reok seperti kota industri yg terus berrevolusi, dan di sudut kota itu ada pemikiranku. Terlalu cepat mencoretkan pada dinding jiwaku bila kau adalah terakhirku, namun terlalu terlambat jika aku berteriak aku mencintaimu. Hah! Ternyata gelisahku ada kamu! Bukan pada pemistis di sebelahku. Kau yg mengacaukanku. Dan malam ini adalah kamu...

Kupikirkan: kau di sampingku. Menungguku terlelap bersamamu. Malam ini adalah kamu, bahkan di setiap malam-malam ku... Jangan katakan aku gila!! Ku mohon, aku hanya merindukannya saja.

Selasa, 10 Mei 2011

Sendiri

Pemikiran yang mendahuluiku, seperti ia adalah langkah langkah maya yg harus ku pijak secara nyata. Amarah sedikit binasa namun sekejap menjadi lebih membara. Manusia depresi ini sendiri. Merasakan semrawut dari garis-garis mimpi yg sudah tertata.

"Kurasa aku ingin memodivikasi semua. Memoles bibir degan gincu agar menjadi tanda perhatian semata" manusia depresi ini sendiri...

Senin, 02 Mei 2011

Pohon Cinta, hukum Hemofilia

''Di mana tempatku mengadopsi senyum ini?" diam dalam miang kalut, memandang jauh ketengah laut, namun hatiku tak di sana, sama sekali tak tertuju padanya. "Tanyakan pada imanmu!" katamu. Aku mematung! Kau terdiam! Dan kita membisu.

"kata mereka aku pelacur! Hukum hemofilia menakdirkan aku, kata mereka!" aku masih terdiam, tapi kau tersenyum lebar, macam senyum anjing yg di bakar saja menurutku.

"lidah dalam mulutkah yg mengatakan itu?" katamu. "apa mereka tak melihat warnamu?" lanjutmu. "apa kau merasa seperti pelacur?" lagi sambungmu...

"Tidak, semuanya tidak! Mereka hanya teman-temanku. Hanya label "teman" saja. Tak mengenalku, tak pernah menelusuri pribadiku!

"lalu?" kau menatapku...

"shobat...! Aku bukan penghianat, aku hanya sedang buta saat cinta menuntunku..."

"harusnya itu yg mereka tau!" katamu. Aku hanya mengangguk! "tapi etikat menamparku, dan aku menangis!" aku terdiam, kita terdiam...

"tanya hatimu dan jawab pertanyaanku: apa salahku?" katamu sedikit menarik menurutku. Dan aku bergumam: "ku rasa aku tak bersalah, aku hanya mencintai dalam ketidaktahuanku kalu ia di cintai sahabatku!" jelasku...

"so....?" katamu. Memutuskan pemikiranku!

"Andai aku punya SAHABAT dia akan berbicara, bahkan mencmbuku untuk insyafku pada sakit otakku. Tapi aku tak punya. Maaf bukan tak punya! Hanya aku lebih kuat meronta... Mungkin!" kau hanya diam, seolah tak perduli...
"dan mereka anggap deritaku gurauan, dan episode TELENOVELA" kau tersenyum.

"kau tak butuh sahabat, kawan!" katamu! "Dunia ini miskin sahabat, apalagi pahlawan. Right?" mulai ku fikirkan. "kau hanya butuh pemikiranmu sendiri, dan yg utama menepis fahamu tentang hukum hemofili mu. Itu tak pernah ada!" Katamu. "letakkan di sini, di pohon cinta ini! Dan jangan kau bawa lagi faham itu"
Aku tersenyum tanpa penyelesaian. Dan senyum permainan saja. Bukan adopsi kekal!

Kamis, 28 April 2011

''BATAS''

Selalu dan selalu enggan terpejam. Mendampingi gelap yg tak pernah iba pada tatap ratap, dan semburat ini masih tetap. Mataku sudah bengkak, memandang tetesan eritrosit yg seolah ku minum dari sisi yg lain selain mulutku. Drakula depresi di sini...! Hii... Tak ingin ku bayangkan itu, ataupun cerita cerita konyol tentang mistis kamar pesakit.

"Masa depanku mungkin sudah tertidur di sana!" kataku dalam hatiku, dan pada hatiku sendiri. "Masa depanku mungkin tlah bercinta denganku di dunia lelapnya!''...

Dan tak ada lagi temanku berbicara...

Senyum di ujung batas...!
Ada saja yg terjadi, memuakkan!! Seolah aku penjahat yg ada di dalam jeruji besi, membayar dosa di bumi atas perdata yg ku silapkan atas sebuah hak azasi. Tuhan, apa salahku? adili aku dengan kejelasan intelegensi, jangan buat aku linglung bercampur emosi! Atau setidaknya tanggalkan bahagiaku barang semasa. Dan ku mohon kmbalikan bila masa hukumanku berakhir. Jangan berlarut-larut, dan terus menyertai usiaku...!

Aku sering berfikir:
Andai saja tangisku adalah gelap malam, setidaknya aku akan tersenyum hingga puas sebelum malam itu tiba, bukan berbaur, dan tak pernah berbatas seperti ini...

Aku hanya ingin tersenyum bebas, tak perduli batas... Tak lebih...!

Sabtu, 23 April 2011

۵°кυþυˇкυþυ liαгкυ°۵

Ku koyakkan sebungkus Leonidas malam ini, coklat manis ini sudah muak di dalam tasku menunggu masanya ku nikmati. Dan ku nikmati, berharap rasanya menemaniku sekejap waktu kdepan...

"Yank, maaf...!"
"Untuk apa? Aku benci dgn kata maaf! Pun dunia tak pernah putih dgn kata itu!"

Katanya: "Aкυ ταкυτ ταк Ъєгşαмαηγα, Ъiαг αкυ đαη điα đişiηi, нiđυþ şєαđαηγα αşαl Ъєгşαмα" dan aku tertunduk...

Kau tersenyum, nyaris tertawa malah... "Dan apa yg kau rasa?"
"aku tak mampu di dkatmu, mengatakan hal yang sama dan minggat bersama rasa dan mimpi seorang bunda!!" jelasku, bersama air mata yg lbh menjelaskan dr penjelasanku.
"kau mendengarnya, menangis, dan kau kalah" hiburmu dalam tak mengertiku.
"tak pernahkah kau tau memang itu yg dia mau? Membuatmu kacau dan menolak teori caritasmu?" jelasmu.

Kau masih sama:
Kau masih memelukku dalam jauhku pada "logika merah muda".

"aku bangga kau penuh prioritas!! Mendahulukan nafas dari pada darah, mendahulukan darah dari pada patah tulang, pun selanjutnya, bukankah caritas??" ...ku tangkap maksudmu, ku peluk dan aku terbang...! Kau sadari aku bukan cinderela, tp aku perempuanmu!! Bukan kemayu dan terlalu lurus dgn kodratku!

"jauhkan manipulasi itu, aku bangga padamu, berjuanglah selagi kau mampu dan kau mau peri kecilku..., terbanglah selagi metamorfosa mengijinkanmu, dan hinggaplah kembali padaku, kupu-kupu liarku..." kau terseyum, meninggalkan makna pada dingin malam dan sendiriku. Sesaat layar itu tenang, aku menerka kau tlah terlena di sana, menungguku di alam mimpi bersamamu. [offline]

Hanya mengingat- ingat cerita kemarin, bersama coklat Leonidas tlah kandas, aaach! Aku terlupa seperti apa nikmatnya, terlalu nikmat melamunkanmu...

我爱你 ...!

Kamis, 21 April 2011

Aku, padamu...

"Mungkin kau tak waras!" Katanya suatu saat padaku, di bawah pohon cinta 2tahun lalu, saat remang kabut salju menutup sekujur semangat lawas yg kian lalu. Beku dan semakin biru.

Aku hanya bertanya, apa salahnya. "Hey, kenapa aku tak cantik, miskin, dan dungu??" dan kau mengatakannya. Terdiam dan kembali berkata: "karena aku tak tampan, miskin, dan dungu!!" dan kau tersenyum. Menyeret senyumku menyatu dalam ketidakwarasan.

***

Tiga kali musim kabut yang sama, tetap dan tak pernah ada bedanya. Masih di sini, di ujung dermaga, di bawah pohon cinta bersanding kamboja...
"mendengarnya, maka kamu tak mendengarku...!"(6 april'11). Aku masih bertahan dalam ketidakwarasanku, meluapkan ego yg nyaris sirik berisik memecah tenang protagonis mu... Dan kau masih tetap dalam episiklusmu, dalam lintasanmu...

Ku salutkan jiwamu berkubang dalam ketidakwarasan cintaku. Biar semua berlalu, bersama waktu semua tetap satu. Kau yakinkan aku: aku mampu melompat bukan karnena aku punya kaki, tapi aku melompat karena aku tak patut bersimpuh.

Aku, padamu...

AKU BUNUH DIRI; Selamat malam...!

Membunuh diri sekarang juga selepas membunuh seluruh cahaya, bereinkarnasi esok pagi bersama cahaya yg membunuh mimpi. "aku ikut denganmu, kemanapun engkau!" katamu... "Jangan banyak bicara, ku berikan hatiku padamu dan kau serahkan nadi darahmu padaku, dan ku kembalikan bila ku temui kau tengah malam nanti. Agar qta mampu bereinkarnasi bersama esok pagi... Jangan lupa ukir namaku dalam hembus nafasmu agar kau mengingatku di manapun kita di pertemukan..." wasiat terakhirku, Selamat malam!!

"wanitaku sakit...!" katamu, aku tersenyum dan mencium punggung tanganmu, "bukan sakit, hanya kurang sadar karena imajinasiku sedang tinggi!"

"judes...! Tidurlah kau, jgn banyak bicara!" ku tutup wajahku dgn selimut rinduku, selamat malam...!

Ruttonjee Hospital
21 apr'11

Selasa, 29 Maret 2011

Mengeja Kata Cinta

Terlalu sulit mengeja kata cinta. Sesekali aku ingin bercerita dengan sederhana, tp yg ku dapat dari alurnya hanya ambigu, sepi dalam bayangan sendiri.

Ingin bersembunyi, namun tak ada yg perduli. Hari-hari hanya sama seperti catatan yg kian berantakan, sendiri menangis, sendiri bangkit. Saat rembulan bertahta dan berkata ''gadis, tidurlah, aku tlah tiba...!'', dan dalam miang linglung, aku berkata; ''iya...'' menuju pembaringan seolah aku manusia merdeka, pada hakikatnya hanya kebiasaan saja. Terbaring, dan terdiam hingga rembulan berlalu tertipu tabiatku.

Emosi, depresi... Hanya menyumpat rapat pada himpitan sifat. Dan mereka hanya mengira aku tak berhikmat. Dengan gagu mereka berkata itu sifatku. Psikolog kampungan!!!

''karena kau terlalu mendramatisir, dan memang semua pujangga seperti gila...!'' katamu padaku. Dan aku ingin kau tau ''aku bukan pujangga, aku waras, aku hanya bersahabat padanya, karena tak ada yg mampu menjadi sahabatku, dan yg mengerti filsafat pemberontakanku...''
Dan tak satupun mengerti inginku tuk mengeja kata cinta...

Wan Chai Hospital, 30/03/11

Catatan Rusuh

Ingin marah pada keadaan, tapi ia tak paham amarahku, dan aku kembali terdiam, dan semua kembali terpendam. Mungkin aku sudah berbeda, lebih berpihak pada onar dari pada sabar! Lebih memahami arti tercibir dan tersingkir, tak pernah di fikir, dan menjadi bagian pinggir.

''aku perempuan, dan kau lebih muda dariku, ini cinta yg tak waras!!''
Kau tersenyum membalut rasa kalut.
''pun kita, karena kita kurang waras! jalani saja cinta ini, karena aku mencintaimu...''

Rotasi mati itu berputar, janji terbanting, terinjak, dan terlupakan hari ini, kau bersama cintamu yg kian syahdu, dan aku menjalani cinta ku yg bertajuk tabu...!
(Kediri, agustus '08)

Aku di sini;
Sudah terbiasa mencampur putus asa dengan sebotol vodka. Lebih tegar di banding membasuhnya dgn air mata. Berteriak, dan mengerang di dalam kuasa dingin derajat yg tak biasa.

Para pendo'a mungkin beranjak memusuhiku, dari jubahku terlihat teramat sering marah pada Tuhan dalam perihku.

Saat pemberontak pasif ini kembali, mungkin sudah tak ada yang perduli. Tak apa! Mungkin seteguk vodka lebih menenangkan dari pada bersetubuh dengan cinta.

Diam! Terpejam...! Mungkin memang aku manusia berdosa! Dan sebaliknya; karena kalian tak tau rasanya...!!!

''Catatan rusuh''
Pin Yin, 25 maret '11

Kamis, 24 Maret 2011

''aku ingin''

Aku ingin... Saat kurasa hambar hawa menjadi penutup masa, kau ada! Kau berkata ''cinta, aku ada, dan kau baik-saja...''

Saat mataku tersesat mendapatkan ragamu, hatiku yakinkan jiwamu bersamaku.

Bunuh cintaku, dan menjadi penjaga hatimu dalam setiap mantra mantra cinta dunia yg tak pernah ada habisnya.

Aku bukan wanita sempurna, bagimu, mereka, dan semua... Mataku kerap buta, senyumku binasa, dan aku terlupa. Aku ingin...; pangeran, pinjamkan aku mata hatimu, beri aku sedetik derma manjamu kembalikan tawaku, dan kau yakinkan aku tuk kembali memuja ''Tuhan itu baik, bawasanya untuk selamanya kasih setianya...!''

Aku ingin... Sosok itu ada, wajah itu nyata, mimpi itu rima. Dan satu dari sejuta philosofi cintaku ada, dan senyawa berkata; mengasihi Tuhan bersamamu, satu jalan, tanpa beda dan keraguan.

Entahlah... Entah pemikiran dalam iri ambisiku, atau suara philia masih ada dalam hitam rasa penolak liturgi cinta? Nyatanya?? cinta hanya pada mereka, dan aku bukan mereka. Cinta itu tak pernah ada...

iya, akan ku jalani...

Lelah berteriak, bila memang selama ini berdiam di antara gaung-gaung jeritan retak. Waktunya tertawa keras menepis melas yang harus lepas. Harus lepas!! Berhenti di tindas!!!

Kibarkan bendera putihmu di tangan kananmu. Sunggi tinggi di atas panji senyummu. Lambaikan jemari pada air mata, saat saat pemuja derita satu masa itu berkata: ''menatap kupu-kupu bersayap birupun seperti ngeri!'' ya! Karena iri pada liturgi kebebasan nya.

Saat mereka berkata ''beliau tempatku meminta'' tapi tak pernahpun frase itu ku rasa, yg ku tau mengganyang debu jadi permata, menggenggamnya dan berlari meminta pada masa. Tak apa!! Memang sudah jalannya...

Menunggu tiba masanya, dan mengalah dgn senyum tanpa duka. Iya, aku tak sendiri! Sarat rasa bahagia, kritis tstatis menanggapi pesimis. Terulur menanggapi syukur, penat mencari hikmat. Biarkan, karena memang kau tak tau rasanya.

Iya, aku tak sendiri!! Iya, akan ku jalani...

catatan rusuh

Ingin marah pada keadaan, tapi ia tak paham amarahku, dan aku kembali terdiam, dan semua kembali terpendam. Mungkin aku sudah berbeda, lebih berpihak pada onar dari pada sabar! Lebih memahami arti tercibir dan tersingkir, tak pernah di fikir, dan menjadi bagian pinggir.

''aku perempuan, dan kau lebih muda dariku, ini cinta yg tak waras!!''
Kau tersenyum membalut rasa kalut.
''pun kita, karena kita kurang waras! jalani saja cinta ini, karena aku mencintaimu...''

Rotasi mati itu berputar, janji terbanting, terinjak, dan terlupakan hari ini, kau bersama cintamu yg kian syahdu, dan aku menjalani cinta ku yg bertajuk tabu...!
(Kediri, agustus '08)

Aku di sini;
Sudah terbiasa mencampur putus asa dengan sebotol vodka. Lebih tegar di banding membasuhnya dgn air mata. Berteriak, dan mengerang di dalam kuasa dingin derajat yg tak biasa.

Para pendo'a mungkin beranjak memusuhiku, dari jubahku terlihat teramat sering marah pada Tuhan dalam perihku.

Saat pemberontak pasif ini kembali, mungkin sudah tak ada yang perduli. Tak apa! Mungkin seteguk vodka lebih menenangkan dari pada bersetubuh dengan cinta.

Diam! Terpejam...! Mungkin memang aku manusia berdosa! Dan sebaliknya; karena kalian tak tau rasanya...!!!

''Catatan rusuh''
Pin Yin, 25 maret '11

Kamis, 17 Maret 2011

cinta itu...?

Cinta itu...?
Saat ketulusan terpasung, dan berlutut di bawah elegi kebohongan...

Cinta itu...?
Bukan perdata atau pidana, namun kejahatan, pembunuhan, dan pemerkosaan...

Cinta itu...?
seperti Mazmur pujian, namun setara kutuk, seperti terlajur kesempurnaan, penuh liturgi busuk...

Cinta itu...?
Mengajariku berteriak di dalam ruang sesak.
Mengajariku menangis, dan membunuh cinta nyata secara tragis...

Cinta itu...?
Memaksaku kalah dalam pesimisku.
Menamparku, dan membangunkanku, menyadarkanku, berteriak di sendeng telingaku; CINTA ITU BUKAN MILIKKU...!

Minggu, 06 Maret 2011

malam ini...;

Ambyar buyar jeripayah tegar nanar memecah gelap menuju fajar, kian rikuh dengan tata krama tanpa bicara. Mengalah tanpa salah. Nampak bisu meski hati menjerit, melejit memilin kesabaran.

Tuhan, gelapnya malam ini... Sesaknya dingin ini...! Masih mengais mimpi di atas timbunan air mata, tertunduk mendengar ejekan kelemahan yang semakin memonopoli permainan yang tak kalah seperti membunuh seluruh kekuatan di diri.

Rapuh... Luruh... Dan aku runtuh menggenggam peluh. Hanya gelap ini yang memahami, seperti air mata ini yg menemani...

Rabu, 02 Maret 2011

Dear: Diary, 3th.03.2011

Narasi yang masih belum terdefinisi adalah hidup, jiwa jiwa kokoh tlah lunglai terkalahkan permainan masanya. Libas dengan culas! Picik meski hasil adab nan licik.

Saat lembar-lembar ijasah bercerita tentang predikat intelegensi kenyataan tak pernah sama, saat menatap sikap ia berkata; jadilah seorang hakim...!. Saat merapat sifat jadilah seorang taruna...!. Tp kenyataan berkata dengan nyata, berdiri disini berdedikasi lancar dan gencar sbagai kuli. Hidup tak berarah...

Saat gelap itu merengkuh kelelahan, semakin gelap saat mata hati tak mampu memandang lagi, buta... Dan hanya mampu ternganga menahan dada panas penenang angan. Menyesatkan...

Berjalan bersama uluran tangan yg seolah tulus, namun berjalan random yang akhirnya prinsip sama berat terpaksa menjerat. Rahasia hati terpapar dalam baris lirik kertas buram, berharap suatu saat menjadi hamparan kertas putih berbunga pada tepinya, nyatanya lambat laun hanya menjadi ribuan surat kabar yang siap membongkar semua sisi khehiduan yang notabene adalah kerahasiaan. Penghianatan... Lagi dan lagi...

Aku tak butuh, dan tak akan pernah butuh pengakuan pahlawan dalam penyelamatan hidupku. Air mataku hanya berharga buat ku. Berarti bagi keelokan hari hariku, berusaha memahami hidup hanya dua komponen pasti, tawa dan air mata. Aku hanya butuh waktu-waktu tenangku, berkecimpang pincang antara tegar dan rapuh, dari masa ini kan ku temui memar-memar jiwaku memutih, darah emosiku membeku, dan luka batinku terkatup kembali. Aku tak butuh pahlawan, hanya waktu... Waktu untuk buktikan aku mampu!!! Dan tak tertipu.

Orang baik, di manakah raganya terasing? Di manakah kebaikannya terpasung? Atau mereka telah musnah? Adakah jawabnya...?

Bertahan sendiri, meski kerap air mata datang menemani. Jauh lebih murni dari pada mencampurkan air mataku dengan senyum kebobrokan. Saat aku bertahan tanpa air mata, aku tahu kekuatan itu ada. Saat aku bersujud di kakiNya, aku tahu masa depan itu ada...

Bertahan sendiri. Hanya satu pilihan...!

Insp. By ''cj. Pahlawan''
Thanks to: fr_[ppy].

Kamis, 24 Februari 2011

''apa'' dan ''di mana''

Sanggup, dan tak mungkin sanggup...!

Cinta...
Menatapnya membuatku jera, sekiranya aku sudah tak mampu terlena, lukanya, cerita demi cerita... Sakit luar biasa.

Cinta...
Jangan lagi merengkuhku, sentuhanmu membunuhku, sapaan mu adalah heroin jiwaku, hingga aku terbang melayang, dan enggan kembali pada bumi yg membiru.

''apa'' dan ''di mana'' Cinta...?? Indahmu tiada tara, sakitmu luar biasa. Jelaskan padaku arti cinta! Kumohon!!

Selasa, 22 Februari 2011

To Zheep...!

Seperti tak terasa, raga bertambah tua, rintih manja tlah terdesak dewasa dan anugrah meraih cita, riuh cara merengkuh asa seperti hiasan hidup yg tak pernah sirna, seolah rotasi semangat terbarui. Manusia bertambah tua, semakin berat menjunjung norma cinta dan batasan air mata.

Tak pernah indah berkilauan seperti intan, sebuah perjalanan kawan! Hadir yang kian memudar menjelma menjadi cerita. Dan kita akan berbicara: "karenanya kita dewasa".

Sebuah kasih dari-Nya, teruntukmu. Panjang umur di dalam hidupmu. Cinta dan ketenangan melingkupimu, kesadaran akan kesabaran menopang setiap langkahmu, hingga akhir destinasi citamu terbias dengan indah beralas pelangi perjalanan hidupmu. Happy bornday to you...

Senin, 21 Februari 2011

Ilusi Sepi

Petang berarak, sejalan derap langkah kecil yang kerap terlelap. Peri kecil mimpi merayap rayap, menyusur jalan hidup yg tak habis dalam senyap, gelap, dan abadi meratap. Tuhan, adakah alur lain di kiasan hidup tanpa hujat? Selain menyerahkan diri pada malam, hitam pekat yg kian lekat. Atau adakah sedikit argumen untuk hasil laun berjuta eksperimen?

Malam larut, pantaskah aku membayangkan terkapar di antara katun luas, dan bermimpi dengan lepas? Mimpi merona menggodaku! Dengan sejuta keindahan mengejekku, memaparkan satu demi satu kekalahanku! Ingin berteriak, namun ruang kosong memenjarakan kebebasan bersatu...

Apa ingin ku dalam kesadaran siapa aku? Kekalahan nurani mendamaikan hati dan cinta tlah tiada, indahnya cinta hanya buaian masa, bukan abadi dan nyata. Semua adalah sama, merasakan cinta dan berdiri pada mimpi, namun enggan bagiku melangkahkan cinta seiring mimpi.

Indahnya di cintai tanpa rasa jera seperti masalalu... aku rindu waktu-waktu itu. Bukan cinta ambigu yang tak akan pernah terlintas berlagu. Mimpi, tetaplah disini, temani ilusiku dalam sepi...

Tak akan mendengar kata terucap, tanpa kertas dan noda liris tertulis, tanpa hampar titis kata hati terlukis, hanya kias bebas yg tak mampu terbias...

Feb, 21'11

Bukan Bintang Jatuh

Suatu masa, suatu cerita;...

Bintang... Suatu saat ia terang, suatu saat ia mati... Semakin petang seharusnya sinarnya nyata, semakin menerangi, dan semakin menjadi. Bukan semakin merasa sunyi. Mimpiku masih bersama sinar kejoranya...

Mungkin hanya seperti meteor, bila waktunya tiba ia hanya terjatuh dan tinggal namanya yg indah... ''bintang jatuh''... kembali pada Mimpi malam yang beredar menunggu pagi. Bukankah seharusnya mimpi tak hanya ketika mata terlelap mengikut langkah gelap?? Mimpi itu seperti udara, dan di mana-mana, tak kan habis dan tak kan surut hingga nafas terenggut.

Ingin rasanya fasih merayu dan terbit, menjerit, seperti kebiasaan munafik terbesit, dan sekilas terbit seperti bintang yang terungkap melejit. Tapi ternyata sulit... Dan teramat sakit!

Saatnya putihkan hitam, langkah kecil yang tak akan tertahan lagi, berlari dengan tujuan pasti. Saatnya bercermin pada cermin retak, waktunya terhentak dan yakinkan bintang hati yang tetap teguh, bukan bintang jatuh, dan menatap rasi dalam kumpulannya yang tak pernah keruh, semakin malam kan semakin indah meniti janji, janji hati yg tak pernah mati...

Bukan bintang jatuh...

Jumat, 11 Februari 2011

Happy Valentine...!

Cinta bukan kata...
Bukan bermakna saat dekat darinya...
Bukan ambisi saat ia tersakiti...
Tapi cinta adalah lukisan rasa...
Berbingkai indah meski di hati saja...
Masih terasa ada meski mata tlah buta oleh jarak dan masa...
Cinta akan kembali menepis benci, saat cemburu mulai mengadu...
Cinta akan mampu membelai saat ia tak mampu menyentuh...

Cinta bukan lintah...!!! menempel dan menghisap darah...!!
Cinta hanya mendekat...
Dan merasakan degup jantung saat kekuatannya mulai bicara...
Cinta tak akan memetik asa...
Meski merasakan musim dan berbunga bersamanya...

Merasakan saat aawm membawa benih cinta, berterbangan mengikuti arah anginya...Dan merasakan detak detak indah masa tumbuh, berbuka, dan hingga akhir waktu menjadikan nya kering dan mati...
Mati yang bukan hilang...
Tapi abadi dalam keindahan dan meninggalkan kesan yang tak pernah pdar meski nama dan warna sudah tiada...


"Aku tau Valentin, tapi ga prnah merasa hal itu ada. Aku ngerti pacaran, tp ga pernah ngerasa hal itu ada, baru sekarang: saat aku ngersa cemburu itu ada baru aku tau kalau cinta dalam dunia ini ada"

Saat aku menangis, tersungkur dalam ruangan gelap: itulah cinta...
Saat aku sendiri, dan berfikir tentang engkau dan dia: itulah cinta...

Dan semakin aku sadari; aku mulai berkata CINTA di hidupku selalu datang dari tetesan air mata.



Kamis, 03 Februari 2011

BUKAN CATATAN

          Seperti habis imajinasi ku rasanya, menulis tak ayal tergantikan dengan lamunan yang tak pernah selesai. Kamu, kamu, dan kamu... hati kita satu, dalam satu ada dua, dan aku benci tuk akui dalam dua masih ada tiga, empat, dan seterusnya... satu hari terasa seperti berlalu dengan tingkat kecepatan yang ironis terlupa seperti hembusan angin yang ku rasa berlalu begitu saja. Tapi dalam bayangan itu ku rasa begitu lama waktu memberi jarak antara aku dan kamu. Yang ku mau hanya satu: aku dan kamu bersatu....
          Hari berlanjut dengan sejuta pesan tanpa kesan. Naif terbuang tanpa menggengam bijak dalam kedewasaan, satu, dua, tiga... dan yang ada hanya satu kata: Kosong...
          Ingin bercerita tentang hari ini padamu, menetralisir jenuh yang tak pernah lolos menyekat dan menyilkat habis keteguhanku. Kutuliskan tentang hari ini, hari sunyi berjalan dengan semangat menuju destinasi. Ku bayangkan di mana aku berdiri, satu persatu seperti peran yang ku temui hari ini, serasa semua memiliki arti, berbaur menjadi imajinasi serasa kontras tapi pasti.

Aku sempat berfikir:
betapa nikmatnya manusia di gubuk-gubuk megah di sana. Tak tau beredar kemana mimpinya saat ini, sedang aku masih berjalan mengintari malam hingga tepat pukul 12 dini hari masih mencari makan di luaran. Tertunduk di ujung arraival hall di ujung sebah bandara. Hidup yang menjadi pengikut setia keadilan, dan hukum hukum terikat. hanya satu kata: "Aku Bosan....!!!"

30.01.11, Hk International AirPort

Senin, 31 Januari 2011

CATATAN FEBRUARY

Suatu hari, di bulan Februari...

Bersama serpih kering daun-daun pinisium pagi itu, teringat aku akan sebuah janji "aku pasti hubungi kamu!". Entah berapa bulan sudah ku tinggalkan pagi dan petang menjalani hari di bumi pertiwi, dan hari itu aku berdiri di sini. Di negri yang jauh dan perbedaan waktu dalam batas pijakan. Aku raih kembali jejak yg terbuang, ku ingatkan kembali sebuah hati pada benih yg mati di hari yg lalu.
"hallo...! Ini aku"...

Tak terfikir bila apa yg ku lakukan adalah sebuah penyesalan: penyesalan tuk meninggalkan mu jauh disini, penyesalan tuk memungut benih-benih cinta yg seharusnya sudah terbuang... Dan seharusnya aku sadar bila hatimu sudah tertambat di lain hati. Maafkan aku...

Senyum sering lamat-lamat mengembang di wajah sepi ini, menatap sebuah ponsel dalam genggaman yg hanya tertulis kata demi kata.


Kota ini, dalam asing segala suasana, dalam dingin menyeruak siklus hari, aku masih mampu tersenyum. Meski menangis akupun kembali tersenyum... Karenamu...!

PERJALANAN KAOS OBLONG

Kebisuan menjadi sebuah jawaban, hikmat Tuhan mengalir dalam setiap renungan, lembar-lembar cerita terlewatkan, terbentuk sebuah rincian, kisi kemanusiaan yg kadang terarah pada angkuh tuk menakhlukkan kelemahan... Mungkin realita; jiwa terbentuk semakin sempurna dgn benturan dan keimanan di setiap detik dalam putaran masa. Bumi kian kokoh degan penipuan, perorangan kian marak dgn perjuangan, dan aku, jiwaku, ambisiku; tupang tindih menimbang rasa, menyadari kian jauh dari sempurna...

Merenung, di kediaman ini, di negeri sepi tak berpenghuni aku melukis tentang wajah diri.

Suatu petang, seorang ayah dan anak berbincang: "pak, low aku gede aku pengen jd pramugari...!!" kata seorang anak yang terdiam di dahan sebuah pohon salam (syzygium polyanthum). Ayahnya tersenyum, mungkin aneh mungkin bangga, terkemas dalam senyumnya. Seorang ayah yg hanya bersahabat dan setia berkolaborasi degan kursi roda kembali termangu. Dan gadis itu, kembali melamun, entah kemana bersiar-siar angannya. Suatu saat dirinya; pecinta kaos oblong itu mampu memakai rok full textur feminimisasi, memahami semua teori aviasi dan tak perduli dongeng Boeing 737-400 Adam Air beserta black box'nya... Atau sekedar berkeinginan memakai alas kaki yg membawanya sedikit melambung 5-7cm dr permukaan tanah. Entahlah... Realita atau hanya fiktif belaka. Biarkan ia bermimpi, bukankan cita adalah hak?

Waktu bergulir, menyadarkan mimpi tak selamanya bersatu degan kenyataan, perjalanan kaos oblong masih belum berakhir, masih setia menemani dgn sejuta kesetiaan dalam mengalahkan korban-korban mode yg terkapar. Mimpi hanya sebagai rangkaian penggenap hari. Seperti layaknya kumpulan anak SD yg menulis tentang destinansi.

Anak yg 13 tahun lalu berhayal masih tetap. Payah! Masih memeluk prinsip kaos oblong, bukan berganti pada high heel tapi terlebih alergi tingkat tinggi padanya. Di mana senyum ayah?? Beliau masih tersenyum dan aku melihatnya di surga. Aku tak perduli diri miskin materi, tapi kurasa Tuhan adil membagi rizki.

Perjalanan kaos oblong tak akan terganti, hakikat hidup bukan pada mimpi, tp kenyataan yg tersusun seperti mimpi.

Toh aku bukan kumpulan mahasiswi yang berjajar berjuang demi skripsi, bukan berdiri di ekosistem manusia berdasi, tp aku dan perjalanan kaos oblong masih di hati. Ia menyertaiku berjuang, kadang menemani dan mengusap butiran air mata yang kadang menyapa.

Aku dan perjalanan kaos oblong...

Minggu, 23 Januari 2011

Pemikiran Otak Berdebu

Catatan pengisi insomnia...

Hai putra putri pemikir bangsa:

Pernahkah kau berfikir bilakah penjajakan politisi berakhir? Ataukah pemikiran setara dengan anjungan putra putri bangsa yg menilai debu jalanan adalah kawan seperjuangan?

Banggalah! Putri-putri kartini tlah laun tersihir menjadi putri pemimpi terbalut gincu dan otak yg rancu. Putra-putra sudirman tlah berevolusi menjadi pahlawan sejiwa perlawanan...

Rindukah bangsaku menjadi biru dan bernyanyi tentang rayuan pulau kelapa dan segenap mars-marsnya? Ach, pantaskah aku berfikir tentang "merah putih"ku? Setakat kata aku merasa: jubah jalanan membelenggu, bukan sarjana gelarku, salam pada angin malam selalu menungguku. Tak pantas aku!! Bukan urusanku...!! Pesimisme pejuang terabaikan, seolah tak ada kaki tuk melangkah, sayappun tlah terkoyak dan patah.
Pembawa nasib bukan manusia-manusia tertib! Seperti ungkapan reputasi berdampingan pada erat pencari materi. Berfikir; apa beda putra-putri bangsa yg berfikir mahir tentang edukasi dgn putra putri pencari rejeki?

Banggakah penunggu karir itu melaju dgn popularitas dan menunggu tunjangan tiap bulan? Atau lebih banggakah manusia pencari dera bahkan devisa negara tertambahkan?

Ironi: para mahasiswa menilai pekerja dalam predikat kuli adalah menjijikkan. (Reality yg ku temui). Tanyakan pada hatimu; "Apakah itu aku?"

PєгЪєđααη: αþαкαн şєoгαηģ кυli мємiкiг ηαşiЪ "мєгαн þυτiн"? Mαнαşişшα мємiкiг ηαşiЪ "мєгαн þυτiн?"


Hanya pemikiran, cengkrama di antara angin jalanan, terangkai sendu bersama Otak berdebu penghias kerelaan...