Selasa, 31 Agustus 2010

Aku takut gila...! [Part II]

Luruh melayang terdampar di pucuk ilalang, terhempas... Dan terbang melayang bagai kapas. Kembali gundah menentukan langkah, masih mendamba bintang gemintang, sekalipun terdampar di pucuk cemara, jiwa rapuh tetaplah semangat luruh...

Ingin pendam emosi ini dalam luasnya kesabaranku. Aku tak mampu kuasai segalanya. Biarkan anganku berpulang, merebah dlm pelukanmu, dan terpejam sejenak.

Aku peri putih bermahkota biru. Dengan empat sayap perak di punggungku, dengannya aku mengintari gumpalan langit kelabu berhias jingga mentari penghujung senja. Hey! Dekap tanganku, pejamkan matamu dipeluku... Dan kau kan merasa tubuhmu mengintari awan mencari kebahagiaan yg berkejaran antra indah dan pecah kehidupan bersamaku. Ku'kan berikan padamu dua dari empat sayapku dan setengah dari hatiku. Pergilah ke hati2 gersang dan ku mohon lepaskan senyummu padanya, karena aku tak sanggup lg bercahaya... Ku titipkan padamu...

Aaaaaaarrgh! Nasib semakin menghakimi aku!! Hidupku seolah siklus aneh yg aku sendri tak tau keberadaanku. Ingin marah, menyesali diri sendri, namun itu semua tak berarti lagi bila ku jalani. Saat ranting ranting beringin tlah menyulur, pertanda usia tlah terlalu petang tuk membabat dan membentuknya... Namun parah! Beringin tua tak mampu bertambah tegar, namun smakin rapuh tertimpa abad yg membawanya mengalir pada suatu bidang masa yg tak ada lagi keindahan dlm arti sebuah perjuangan. Menanti tumbang!!! Aaaaah!

Air mataku hari ini terlarut dalam zat emosi, menggenggam jemari sendri dan mencoba tenang! Aku takut keadaanku mengalahkan aku.

Hey penjajah semangatku!! Akhiri menaruh mata pada ekspos singkat ini bila kau tersenyum. Anggaplah aku pecundang dan pergilah...

Sanggupkah aku? Apakah dpt ku menangkan pertandingan hidup ini. Aku takut gila...!!! Sembuhkan aku wahai penulis hidupku... Tolong... Kumohon, Luluskan pintaku...

Minggu, 29 Agustus 2010

Badai pasti berlalu...!

Bersamanya... Ku pijak langkah lelah di atas pasir pantai. Tak ku rasa dingin menyeruak tubuh bersama cinta yang ku peluk. Hatiku berkata: "tau kah kau arti badai saat laut enggan meredam?", dan jiwaku terdiam. Berharap, menunggu hatiku memaparkan sebuah deskripsi, lukisan rahasia alam. hatiku tersenyum dan mulai berkata "badai tak kan selalu ada saat laut tenang dgn sehamparan buih berkeriapan di permukaan redam, ia tak kan ada walau kau terjuni lautan, dan mencarinya sampai kedasar terdalam. Namun ia tetap ada. Dan badai akan datang suatu saat bersama hujan, mungkin mencekam kedamaian mu, dan mengekang senyumu bersama malam pekat dgn suara alam menyayatmu seperti rintihan penyihir yg siap menyandramu..."

Jiwaku berfikir. Berangan dan berimajinasi... Ku lihat hatiku tersenyum, "tenangkan hatimu wahai hatiku... Badai kan berlalu... Mentari kan menyembul dengan tegar dan kokoh. Sinarnya akan membias bersama sisa embun badai malam. Dan tersenyumlah saat pelangi menyambut pagimu... Taukah kau? seperti pelangi aku ingin menjagamu. Tak selalu bersamamu namun aku slalu menyertaimu... "

Malam ini, Sendiri... Ku pijak langkah lelah di atas pasir pantai. Ku rasa dingin menyeruak tubuh bersama nafas yang ku hirup. Kacau...! Entah kemana asaku pergi menjauh dari saraf normalku. Muak...! Ingin rasanya mencabik jantungku sendiri, menghentikan detak perjalanan... Namun ku masih berada di titik kesadaran. Ku tulis sebuah sajak di atas pasir. Bersama air mata yang memaksa menemaniku, dan bersamaku malam ini... Ingin ku berlari, mencari ujung pantai yg ku yakin tak bertepi. Ingin berteriak mengatasi langit pekat yg semakin gelap meninggalkan cahaya. Aku menangis! Ku pamerkan air mataku yang berdampingan manis dengan parau suaraku kepada pohon berdaun tanda cinta yang tak mengerti tentang perasaan ini... Tertunduk, perih... Ku rasa ingin menjerit!!!

Tak ingin ku katakan perasaan ini pada siapapun, biarkan ku ku tuliskan perasaan ini pada hampar pasir pantai... Biarkan sajak2ku terhapus oleh gulungan ombak di tepian harapan. Ku harap ombak dan sebentuk butir butir kaca bermakna buih ini menyapunya, dan sampaikan semua pada badai malam.

Masihkah badai kan mengharap pelangi pagi? Bila saat ini hatiku di sini mungkin dia kan beriku sebuah jawaban lugas. Bukan majas tersirat seperti ini... Semoga pelangi mampu menjaga hati dan menemukan cinta itu lagi. Badai pasti berlalu...

-□ρєlαήб¡°мєήαήбίś□-

Terpaku merasakan air mata membelai lebut pipiku. Sunyi terasa hidup di hingar tawa dunia, dalam sedikit lingkupku berbagi tawa. Cinta? Benarlah! Cinta adalah coklat. Manis di mulut namun pahit stelah di telan. Aku kalah dengan keadaanku, dan caraku tak mampu yakinkan hati tuk sebuah cinta. Anggap mu; Saat kau miliki aku itulah cinta. Dan bukan saat kau mengerti apa arti ku... Benarlah cinta penganut politik monopoli....! Anarki!!

Perih... Menyadari otakku terlalu kosong tuk mengerti dirimu adalah masa depan, sedang kenyataan di depan mataku sdikit topan tertiup terhempaslah semua layar biduk kecil yg terrakit bersama mimpi mimpi kecil bersama.

Hancur...! Hatiku rancu mengartikan cinta ambigu! Hanyakah sebuah kepura puraan atau cinta dalam hati merah berhias melati putih...?

Ingin ku tutup telingaku, butakan mataku dengan sbuah cerita. Menyekat diri sendri di sbuah tempat dengan mimpi2 asmara yang entah terhenti di mana saat ku niatkan tidurku untuk tak membuka mata hatiku lagi saat aku kembali ke kenyataan hidup.

Aku!! Biarkan aku tetap! Biarkan aku jalani smua. Tertati h namun mencoba ikhlas di antara jalan hidup dan mimpiku. Tak ada yg kan merubah hatiku tuk mencinta siapapun dan apapun. Cintaku tetap cinta, dan cintaku adalah keegoisan dalam linglung kecerdasanku. Dan hanya cinta yang dari hati akan mengerti emosiku dan menjadi serpihan salju saat aku berapi api menjalani panasnya egoku!

Titipkan salamku pada bahagiamu suatu saat. Jaga apa yg ku sayang bersamamu... Dan sampaikan padanya kau menyayangiku...! Hingga kan menempatkan langkah di atas jejakmu untuk menyayangiku, bukan sebagai drimu yg kecewa mencintaiku...

Pelangi cinta.... Temani aku, menangislah bersamaku di senja nanti... Ku tunggu di tempat biasa aku menangis dan memaparkan cintaku padamu. Tentang hidupku, pelangi menangis...!

Sabtu, 28 Agustus 2010

●wαĵαh мίмpί●

Berjalan sendiri dengan langkah gamang, mengintari puing puing yg sePerti reruntuhan peradaban luruh siklus kehidupan. Aku termangu, meratap sisa harapanku yang masih ku jaga. Pagi ku habiskan mengungu malam. Dan malam terlalui bersama mimpi tidurku. Tak jauh dari itu, 7hari terlalui membentuk tahun dari molekul terkecil detik nafasku. putaran siang dan malam yg tertunduk mengikuti hukum rotasi itu pun hukum yg aku lalui...

Kabut putih dalam gelap memaksaku menerobos pandangan, mencuat melewati batas episiklus bintang angkasa. ku lihat setitik cahaya, membuatku terdiam, tergagap dalam hirup nafas yang cukup ikhlas mengikuti arah hidupku. ku lihat figur wajah itu! Entahlah, apa aku mengenalnya, atau aku menyangkalnya. Sedang mengenal diri pun aku tak sanggup. Jemariku ragu menyentuh bias wajahnya, hatiku enggan menyentuh jiwanya, namun jantungku bergetar. Merangkak menjauh meninggalkan bangkai bangkai picik kehancuran. ku genggam jemarinya, dan aku berjalan bersamanya. Aku terhenti, menyadari siapa aku!!! Patutkah?? Ku tatap mata itu sesaat, bermain dengan kata hatiku senidri. Bermusyawarah antara cinta dan kehancuran. Memeluknya... dan menangis meluapkan emosi dalam keputus asaan tentang sebuah cinta. Tubuh itu selambat detik mendingin... Seolah membeku namun makin sulit ku rengkuh. Memutih... Dan menghilang...

Tersungkur dan menangis, ku rasa kematian cinta tlah datang padaku. Ku tegakkan kembali wajahku, cahaya merah menyiram tubuh lelahku, seolah mata panah ia menghujani hatiku yang nyeri. Aach...! Sinar mentari teramat setia membangunkanku dalam menjalankan hukum rotasi. Dan aku bermimpi.

Pangeran mimpi... Kau lah yang di hati...! Jangan bangunkan aku terlalu cepat bila suatu saat kau temui aku lagi di dlm mimpiku, atau bila kau rasakan akupun adalah mimpimu katakan pada mentari jangan bangunkan aku lagi selamanya. Aku ingin mimpi bahagiaku menjadi nyata bersamamu... uka ku, kamu...!!

Jumat, 27 Agustus 2010

■c■ί■ή■ŧ■α■

Sampai kapan? Rintik rindu bertalang jarak, berat cinta hanya terjinjing peri-peri bersayap kecil. Kerinduan tinggal keriunduan saat jarak berbicara, dan hilang saat sayap-sayap cinta mulai patah... "Aku takut pindah kelain hati" hati yg kalut mulai berbicara. Ini memang bukan zaman penjajahan, ini zaman revormasi! Tp renungkan, apakah cinta di tuai di atas tuntutan zaman? Bersemi di hamparan masa? Dan apakah cinta surut pasang mengejar alur musim? Cinta....? Tanyakan itu pada hatimu!!!

Ingin ku hentikan detik2 waktu yg berjalan mengintari kecemasanku, karena aku masih nikmati rindu menghujam batin melawan kekalahan pada masa. Apakah cinta: saat dua bibir menyatu dan merasa hingar sejuta pesona keindahan terrengkuh? Atau saat dua belah telapak tangan menjadi ikatan di ujung jemari dan berkata; "hidupmu...hidupku...'' . Bila itu adalah kebenaran yang mutlak maka patutlah kau katakan aku adalah manusia naif yang primitif menjalani cinta, karena aku tak pernah merasakannya. Cintaku hanya di hati, berbaur bersama dalam sebuah kerinduan yang manis dan masih ku jalani. Nilailah keindahan cinta secara objektif, dan menjauhlah dariku karena itu tak sefaham dengan ku. Pergilah wahai penilai rupa.

Cinta... Biarkan jiwaku tersontak kerinduan kerinduan kecil yang semakin menggununung, dan biar itu ku daki bersamamu wahai cinta. Saat mata ragaku tak mampu melihat mu tertawa, namun mata hatiku melihatmu selalu tersenyum adalah anugrah bagiku....

Shobat... Berkacalah pada cermin retak ini, dan kau kan mengerti arti kehancuran. Dan bertanyalah padanya, dan kaupun kan memahami arti keterpurukan. Hidupkan kembali jiwamu yang terikat. Dan itu yang aku mau darimu, bukan reputasi, materi, dan kasta kehidupan.

Kuatkan hati, tetaplah berjalan dalam langkah tegarmu. Semua narasi berpenulis, dan tak patut kau menangis. Aku di sini untukmu shobat ku...!

ўєllд .д. ўцяiлdд

Jumat, 20 Agustus 2010

░дмдядн░

Termenung di ujung pagi saat kehangatan mentari enggan bersinar mengalah pada kelamnya langit hitam seolah ingin tercurah hujan badai hebat yang hanya menunggu waktu. Terpaku dan terdiam aku, pandanganku membusur pada kapal kapal barang jauh di bawah sana, mengambang di tengah laut sendiri, tegar dan membawa beribu peti peti harta! Ah, mungkin seperti itulah aku... Harapan lentera keluarga, walau aku harus terhempas terombang ambing d tengah badai namun aku harus sampai pada dermagaku.

Pernahkah kalian dengar bisik batu karang? Betapa Tangguh ia, namun aku yakin dia akan berkata andai ia bernyawa. Entahlah! Hanya para penyair alam yg mengerti bahasa bahasa ketegarannya!

Aku masih di sini, berharap yang tak pasti, pun dirimu di sana menunggu dan termanggu menghitung langkah dalam bergantinya putaran bumi. Menerka, dan mencari suatu arah untuk sebuah perbedaan. Ku rasa ini mustahil... Perbedaan yang seperti terhampar luas danau membiru yang tak mungkin ku datangi dan tak mungkin kau kemari mendayung sampan kecil mu menjemput hatiku... Cinta ini menakutkan, semakin ku merasa memilikimu, semakin kuat keadaan merebut dengan paksa kepergian cintamu dr hari hariku.

Sayang... Apakah masih mampu ku menunggu waktu? Apakah masih mampu kau tawarkan hatimu dari manis hidupmu. Kesabaranku bukan tak bertepi, keinginan kita sama namun keadaan kita berbeda.

Berpeluh peluh air mata merajut dinginnya hati, berlaksa hasrat menyulam bekunya hari... Hidupku bukan seribu tahun lagi, tp segalanya memiliki batas masa.

Dingin jiwamu dan jiwaku tak selamanya demikian. Bekunya hasrat kan menyublim di antara tinggi dan rendahny sebuah perbedaan.

Perbedaan! Apakah di dunia ini mencari persamaan untuk berjalan bersama dalam satu garis lintasan? Bukankah perbedaan yang menjadikan sebuah pecah pecah rongga hidup terlengkapi? Ataukah itu semua hanya syair syair mati para penulis novel cinta?... Aku tak butuh jawaban, aku butuh penyelesaian...!

Hari ini sulit. Kesabaranku diam di ujung hidupku, dan emosi berbaris di antara peluhku menyelesaikan hari. Ingin ku pecahkan kaca kaca kesombongan mreka, hingga gemerincing kehancurannya ku dengar sampai ke dentum jantungku. Biarkan ini anarki... Aku tak perduli! Ingin ku rengkuh bayangan bayangan ketakutan ini dan menyeretnya ke tepi pantai dan berteriak semauku, sepuasku! Hingga hati ini tak lagi sunyi...

Ach! Pantaskah aku berhenti mengeluh? Pantaskah aku tersenyum menggantikan amarahku?

Selasa, 17 Agustus 2010

Aku takut gila....!

Diam dan berfikir:...

Ambisiku memodifikasi fikiranku, pun pesimisme, seakan menawan hatiku. Aku gundah, resah, kalut... Ingin terbang rasanya, namun tbuhku terkulai lelah di sini. Seolah tak ada tempat untuk ku letakkan keresahan ini selain pada kecilnya ruang otakku sendiri!

Menyedihkan...!
Putri tidur ini bermimpi, berjalan di atas pelangi dengan sayap besi yang sebenarnya adalah rantai rantai penyekat gerak dan fikiranku. Berjalan menanjak dan menurun menjadi anak bangsa yang mengabdi pada bangsa sendiri atas mimpi di pulau pelangi. Ach! Entahlah! Siapa yang mengerti gundahku, selain driku sendri. Ingin berteriak memberontak, namun ruang kosong hidup ini hanya ada telinga ku sendiri yang mendengar! Haruskah menyerah? Ataukah terus maju meski dengan gumpalan rasa pesimis! Wahai pelangi... Di mana engkau...

Hai Engkau penyair hidup! Tak ibakah Kau padaku? tak bosankah Kau melihatku menangis? Ku tuangkan semua asa, amarah, dan celoteh hatiku pada piala emasmu! Biarkan ini penuh dan melimpah di bait sucimu. Ku harap Engkau iba, dan mencabut roh gamang gundah ini di atas mesbahmu. Raih tanganku Tuhan, biar ku rasakan ketenangan dari berjuta hingar rasa yang tak menentu berkecamuk di dadaku.

Cinta...? Pergilah bersama cupid kecil!! Aku tak perduli lagi, karena yang kau telaah hanyalah arti hadirku, bukan lagi arti hidupku. Mungkin aku belum pantas mencinta dan di cinta dengan pedomanku saat ini. Pergilah... Berjalanlah menjauh dariku, sejauh apa kau hitung langkahmu pergi dariku, semakin luntur semua cintaku padamu, aku tak sanggup lagi menjaga hatimu.

Kedamaian... Hampiri aku!! Biarkan mataku terpejam dan terlena sejenak meninggalkan mimpi berkabut ini. Sandarkan aku pada kejora senja barang sejenak, hatiku lelah...!!!

Biar ku nikmati badai hidup ini, biar aku menjadi semerbak kamboja putih di ujung ranting kecil yang rapuh, terombang ambing, terhempas dan terbuang, tapi aku tetap indah! Aku tak akan patah! Badai hidup, ku hadapi engkau!!!

Ach! Sudahlah! Aku takut gila...!

Senin, 16 Agustus 2010

''.......çίήŧαίмü śααŧ ίήί''

Gumpalan awan hitam meredakan kehangatan bumi dengan jutaan titik air yang begitu megah. Mengacaukan semerbak bau tanah yang selama ini terpuruk di atas kuasa musim. Aroma alam dari pertemuan hamparan tanah gersang dan air kehidupan menyeruak naluri kerinduan, entah sampai hujan kali ini mereda atau selamanya...

Aku berkata dalam hatiku:
Bila saatnya...
Ragaku kembali ke pelukan bumi d bwah pusara, tak akan ada lg yg kan mengenangku. Keindahan sayapku pun tak mampu memfosil, dan metamorfosisku tak sanggup menjadi syair...
Hanya bila, kasih sayangmu ada di hidupku, kamu yg kan mengenangku seperti uforia di dalam gelapnya langitmu... Sampai kapan pun...
Bosan! Telah habis kataku mengeluh, serasa habis air mataku menyusun bait bait puisi. Aku menyerah di atas optimismeku yang masih tersisa.. Aku ingin tenang... Menyingkir dari berjuta obsesi, namun bukan berarti menjauh dari ambisi cita2 yang tertulis pada tengah tengah titik diagram kemustahilan.
Bila aku tak mampu bertahan, atau sekiranya aku menang, ku titip kan sebuah doa teruntuk jiwa jiwa yang memberiku oksigen saat aku berada di tengah daratan tanpa atmosfir. Ku titip kan jiwa, hati mereka padaMU balaskan pada mereka kasih sayang sejati dari tanganMU...
***

Aku terdiam...
Merasakan sisa asa yang masih membahana dalam ruangan jiwa yang seakan tanpa celah untuk ku mendengar suara cinta dari lain gaung dan gema. Kikis tepis habis semua rasa! Hanya kamu, Hanya jiwamu, Hanya bahasamu, Hanya cinta darimu...! Hanya bila kau mengerti, kau akan sadari! Cinta yang datang perlahan seperti mekarnya bunga tulip di ujung bukit saat bumi beranjak pergi mengacuhkan musim dingin, seperti bunga sakura berterbangan di musim gugur saat angin bertiup di penghujung pagi... Perlahan dan pasti, bukan seperti sesuatu yang sudah tertulis: datang dengan mudah, dan akan berakhir dengan mudah.

Aku terpejam....
Anganku melukiskan sosokmu dalam putih inginku mencinta dan di cinta. Mimpiku mulai mengambang di atas pena asmara saat ku rajut peluh berhias air mata. Dan kau adalah lukisan mahakarya yang tergelar indah penuh warna saat ku buka mata hatiku.

Aku berjiwa lemah, asaku mudah lelah, dan resah selalu membahana memenjarakan kekuatanku di balik kuasa kelemahanku. Kegagalanku seolah menyekat nadiku, dan berkata ''cinta di hidupku sudah mati''...
*aku memang orang menderita, tak berharta, dan hidup dalam bayang-bayang kegagalan, dan takut melangkah lagi, tapi maaf!!! Kutegaskan sekali lagi: ''AKU TAK BERPOTENSI UNTUK MENERIMA PENGHINAAN DAN PENGHIANATAN...!!'' (diary2008)

Hadirmu mengubah semua philosofi, cintamu mengajariku kembali berevolusi...! Hanyutkan jiwa tandusku d atas aliran sungai Tuhan yg entah seberapa agung mampu menyegarkanku dari dahaga sekian waktu.

Teruntukmu hatiku:
Kesabaran mu menghapus air mataku tak akan pernah terganti walau ku temukan bahagiaku... Keteguhanmu menanti sebait jawaban tak kan terhapus sampai tubuhku kembali ke surga... Hanya kau yg pernah menguasai hatiku sampai ke dasar tergelap yang tak terdapat senyum dan kebahagiaan hidupku...! Dan hanya kamu yang pernah ku sayangi karena aku mengasihi Tuhan.

Semoga bukan fatamorgana atau hanya sisa rintik hujan yang hanya sekejap datang dan menghilang...!

Cerita yang tak berima. Begitu jauh dari 'ingin'. Namun hari ini aku katakan, hatiku bukan d jalan fikiranku dan fikiranku tak berhak memenjarakan hatiku untuk menyayangimu. Memang kita teramat jauh saat kita dekat, dan hingga hari ini semua terasa terbalik dan terlambat!!! Waktu telah membawaku berlari pada detik ini. Aku tak mampu pungkiri aku merindukanmu. Benci bila berfikir dengan jarak ini, jarak yang seolah berkata untuk mengakhiri semua saat ia bersekutu dengan waktu, dan ia akan memberontak dan menyakiti aku, dan semua terulang...

Kesabaran mu bukan tak bertepi, aku fahami itu...!

Entahlah! Cinta hanya impian akhir hidup... Saat mata terpejam dan asa kembali berpulang padanya, ku kan sadari dan ketahui seberapa berarti aku dalam kehidupanmu! Ataukah hanya sebatas keinginan mata, keindahan semu yang akan hilang oleh gerlap surya di ujung cakrawala.

Satu kata: aku mencintaimu saat ini....!!

Dear: Rainbow

Kamis, 12 Agustus 2010

яαίήßöw ήєvєя бöήє...!!!

Lepaskan aku seperti inginMU, ciptakan anganku seperti mimpi indah yg pernah terukir di hariku yang lalu hingga di tujuan hidupku. Karena aku yakin mimpiku bukan tanpa kenyataan yang terlewatkan, dan pasti akan ku dapatkan.
Kadang aku lelah mengganggu dan menunggu jiwa sunyi, aku tak ingin mengharap cahaya semu. Walau semua ini ku lakukan demi hidupku dan demi keluarga kecilku.
Cinta yang sesungguhnya menyakitkan!! Dan saat ini aku hanya bisa diam dan ungkapkan semua dalam do'aku padaNYA. Berharap Dia mengerti... Berharap Dia perduli...
Jiwa rapuh yg terbalut tubuh lelah, spirit yang meredam dalam ributnya keinginan hanya berakhir dalam kekalahan. Bosan, benci!! Merasakan kekalahan abadi. Dan yang tertinggal adalah segenggam keinginan. Tertipu imajinasi mental yang tak pernah meletakkan kekalahan di atas kata menyerah.

Terdengar kata hatiku, saat segalanya seperti tak bercelah. Ikuti hatimu dan kau kan merasa hidup ini indah.

Rasakan betapa perih, berada di ruangan gelap dan menangis tanpa damainya sebuah pelukan, berusaha mengerti diri sendri dan berkata pada diri sendiri bila semuanya akan membaik.
Sedikit demi sedikit selamatkan jiwa sendri, dan berusaha bangkit. Meyakinkan diri adalah seorang yang berarti, walau senyatanya hanya seorang musyafir d perjalanan hidup yang tak berarah dan begitu sunyi.
Temui aku wahai pelangi hidup!!! Penuhi hitam putih hariku degan semburat warna keagunganmu...
Saat samua kasih sayang tersapu badai, hingarnya dunia hanya ku rasa seperti jiwa-jiwa mati yg bergentayangan di permukaan bumi. Ketenangan hanya ada di dasar samudra saat badai menghilang di ujung musim, Tempat yang jauh dari alam ku berpijak. Sehingga tempat tentram, tenang, di dunia ini hanya securik cerita abstrak. Tak perlu d ceritakan... Simpan sebagai konsep gila saat kau merasa butuh dongeng tidur tentang penipuan hidup.

Aku tersungkur lemah, tak secubit pun kekuatan menguasai aku... Cinta dan kedamaikan seolah berjalan harmoni di atas penipuan dunia kepadaku, ia mempermainkan hatiku... Kedamaian cinta adalah BOHONG pada masa itu!!!! Kedamaianku hanya ada pada segenggam lexotan dan sekaleng shandy. Katakan aku bejat bila kau anggap! Maki aku walau bukan sekecap! Aku tak perduli!!! Jgn kan bercerita tentang pelangi, menyebut indahnya mentaripun lidahku terasa kelu.
Seperti Sebuah mimpi saat aku tak sedang terpejam...
Hidup tak seperti papan catur, yang hanya ada hitam dan putih. Namun hidup adalah perjalanan. Penuh tanjakan yang kadang memaksa kita terjatuh, terluka, bahkan cacat jiwa selamanya. Yah! Hidup semestinya penuh warna!!!
Hembus bayu senja selalu kurasa menyayat jiwa saat segalanya hilang perlahan. Seorang figur ayah meninggalkan ku, penuh hikmah dan membawa bertubi tubi kedewasaan. Belum kering luka jiwaku, hidup kembali mengguyurinya dengan air laut bergaram. Hancur sudah keluargaku!! BROKEN HOME...! (Aku tak sanggup expose crita ini)... Saudara sedarahku pun mengucap selamat tinggal padaku. Melambaikan tangan saat malaikat surga membawanya terbang kembali ke nirwana. Hancur sudah!!! Hilang!!! Bunda ku??? Aaaaaaaach. Cukup!!! Bundapun pergi membawa sisa harapan hidupku membina keluarga baru. Apakah arti aku???? Aku adalah meteor hitam di langit buram tanpa lintasan. Aku ingin melompat lebih tinggi seharusnya, tapi aku tak berbatu pijak. Limpung... Dan mabuk seperti manusia setengah hantu yang bergentayangan di ujung ujung kampung saat matahari menyerah pada hangatnya rembulan senja.
Kawan... Betapa sakitnya!! Semua sosok silsilah yang seharusnya menyentuhku dengan lembut hingga aku mampu menjadi melodi penuh arti satu persatu melangkah memencar. Terbakar sudah mahkota ku, helai demi helai kelopak ku terbang, dan keharuman semangatku musnah dari aroma universal manusia manusia berkarakter protagonis.

Ketenangan bukan ada di tengah samudra, tp ketenangan jiwa adalah saat jiwa gontai berada di dalam pelukan orang yg kita sayangi... Yang jiwanya seluas samudra, dan jalan fikirannya sedalam palung laut.Terpejamlah, dan berkatalah pada Tuhan mu. "Tuhan, aku mengasihinya...!"

Perlahan aku bangkit...;Berkata semua akan menjadi indah pada waktunya...

Ku pungut repihan repihan kehancuran yang masih nampak tersisa. Segenggam repihan yang membawa lenganku mengacung dan berkata lantang "SEMANGAT...!!"...
Tertatih ku yakinkan hasrat, mencari rumus hikmah jalan kehidupan yang mungkin satu perempatnya sudah ku lalui.

Yah! Aku masih bernafas. Dan aku masih merasakan simbahan kasih Tuhan yang bertubi tubi menghujaniku. Bejana tanah liat yg hancur ini mengalir mengikuti siklus air. Akan kembali menjadi tanah garapan di tangan pembentuknya. Demikianpun percikan kecil setitik api, masih akan terus bercahaya sampai akhir hitungan Tuhan dlm catatan hidupku... Biarkan badai terus bergelora, kilatan jingga menggetarkan sukma dalam ketakutan dan seringnya teriring amarah. Aku akan melihat di suatu titik berhentinya waktu. Kan ku hitung brapa perbedaan indahnya pelangi hidupku, tak kan terhapus malam, dan gempita langit dalam gelapnya senja. Rainbow never gone...!!!


By: ўєllд .д. ўцяiлdд

Jumat, 06 Agustus 2010

"Bee..."

Ingatkah kamu saat kita menangis? Ingatkah kamu saat kita bahagia? Ingatkah kamu janji bersama dan tentang kasih sayang kita untuk hari esok berdua...

"Sudah...! Akhiri semua ini. Jagan tanyakan lagi. Aku sudah cukup tersakiti. Jagan usik aku lagi...!!"

Bersama terbenamnya mentari senja, di suatu penghujung hari:
aku tersandar di sebuah batu besar di bawah pohon kamboja putih. Lagu itu terdengar perlahan, dari suara sengau Nay, sahabatku. Di tepi pantai ini slalu tertumpahkan seluruh rasa, kadang air mata. Sore ini, Nay sedih!!!
"Mungkin Nay salah ma kamu, Ninggalin kamu jauh di sana... Tp apakah salah kalo Nay pcran ma cowo laen lantaran kamu gag pnah connect ke Nay, no hp gag aktiv... Kemana Nay harus nyari kbr tentang kamu?"

Dan akupun terdiam... Sesaat Nay terduduk, tertunduk. Sinar redup matanya memerah. Seolah menahan suatu amarah dan kecewa. Di hati kecil Nay menyadari, yang terjadi padanya hari ini hanyalah sesuatu kenangan masa lalu yg tak patut di sesali apa lg di tangisi. Bukan untuk itu!!!
Penghargaan, penghormatan tentang cinta dari sang waktu menuntunnya jauh disini. Mengasingkan diri dan merengkuh janji. Namun saat jarak memisahkan, janji hanyalah segores kenangan lama. Tak ada media tuk membuktikan, janji ini hanya trsirat bukan bermatrai dan tak ada unsur nadi hukum. Bukan terucap secara tuma'ninah, tapi hanya berdasar rasa hati. Namun smua hilang, tak berbekas, apa lg terbias.
Sadarlah Nay: sesuatu yg hilang dan tak akan pernah di temukan lagi adalah hari kemarin, hanya meninggalkan bekas jejak dan kedewasaan.
Kadang muak membaca kisah kisah picisan. Bosan dengan kata kata melankolis, asing dengan kata kata dari hati, dan tak mengerti dengan alur sensitif. Menangis dan bahagia, atau bahagia dan menangis. Hanya itu setiap kisah cinta! Monotone! Sama!!
Tapi apa lagi? Kehidupan adalah cinta, dan cinta adalah anugrah! Begitu kira kira...

Satu setengah tahun yg lalu...

"Ibuku gag ijinin aku pacaran ma kamu!" Nay mengenang. Tatapan kosong jatuh pada selembar foto, namun mata hatinya jauh di luar selembar foto itu... Nay hanya seorang gadis kampung, kemarin, hari ini, dan slamanya. Dan apa yg harus di pertahankan saat romeo harus menuruti kata kata sesosok wanita yg hadir pertama di hidupnya, yg melahirkan dia ke alam nyata ini. Yah! Cinta Nay berakhir dalam kebisuan.
"turuti kata orang tuamu dan pasti itu yg terbaik untuk hidupmu..." hanya itu kata trakhir Nay saat ia melepas sang kekasih. Walaupun menangis. Menangis bersama warna hati yg membiru. Lepas dari smua Nay hidup terasing, berbicara dengan orang orang asing dan dalam bahasa yang asing. Meninggalkan smua kenangan berharap menggapai kenyataan.
Siapa aku?
Akulah sahabat setia Nay. Aku lah yang selalu ada saat Nay ingin ungkapkan semua. Aku akan tetap terdiam walau ia marah, tetap di sampingnya saat dia hancur. Menerima semua yang ada di hatinya terluang padaku. Bukan suatu penyelesaian memang! Tp suatu ketenangan...
Semua brubah, perlahan tapi pasti, meninggalkan jejak jejak kenangan. Bgitu pun cinta Nay. Berakhir tanpa kata, tanpa keputusan. Dan seperti hamburan benih benih kana, cinta Nay brsemi di lain hati. Bersemi dengan manis meski jarak dan waktu trpisah samudra yang membiru seperti kerinduan cinta nay.
Ya sudahlah! Tak ada yg harus d telaah lg. Nay hanya mengenang. 1 malam yang lalu "sang mantan" menghubunginya. Walau hanya segaris tulisan di screan phone mobile cukup kuat mengingatkan Nay pada luka lama! Kecewakah Nay?? Bukan perpisahan yg membuat Nay terhanyut dalam pemikiran, tapi 24 jam baru saja berlalu, dengan short message "sang mantan" menulis hal yg sama seperti 1,5 thn yg lalu, mesra, dan menggugah krinduan. Sedangkan hari ini ku terima angin senja brkata dia tlah berpendamping. Entahlah? Apakah hati ini masih cemburu atau hanya kecewa. Tapi yang Nay sadari di hatinya sudah tak ada arti. Tertutup rajutan kasih dari sulaman cinta sejati. Pun yang aku tau Nay tak pernah mengenangnya selama 1,5 tahun terakhir ini. Lepas, hilang dalam kebisuan. Restu sang bunda pada pihak "sang mantan" hanya menjadi segores calar luka yang tlah mengering, dan hampir menghilang. Moment, nama dan tempat tempat yang sudah tersubmit.
Walau hanya sepenggal halaman kosong. Karena tak bijaklah mengabadikan luka.
Aku hanya mampu pandangi Nay dalam kediamanku yang tak beralasan. Aku tak mampu berkata kata.
Siapakah aku...
Aku hanyalah sebuah buku diary hitam bertuliskan tinta perak. Menunggu akhir lembar dan berjalan menemani hari hari Nay. Entah suka duka di tiap helai halaman, aku ingin Nay tersenyum.
Pesan yang ku yakin akan tersampaikan suatu hari dari Nay teruntuknya...
... Jagan lagi mencoba melukai aku, sedang kau tau aku adalah sebongkah nyawa yang penuh luka. Jangan lagi permainkan aku, bila kau tau hidupku penuh dengan kecurangan... Benar atau tidak kau tlah tanamkan nafas di sebuah rahim seorang kaum hawa? Hingga kau akhiri kisah dan harapan di bawah berkat pernikahan? Dan terlalu kejam atau trlalu terpujikah bila dengan keadaan itu kau masih memberiku harapan degan sebuah short message? Atau setidaknya aku salah, dan asap itu mengepul tanpa adanya api?? Aku tak perlu jawaban. Karena kau masih terlalu hijau untuk mengerti hidup. Cukup! Ku tutup ceritaku brsamamu. Biar semua kembali pada keyakinan dan cintaku. Bila suatu saat kita bertemu, lihat aku sebagai sahabat mu, jangan lihat aku sebagai luka lama mu...
Cukup sudah! Cukup! Tuhan aku akhiri, ikhlas, lupakan..."

Nay tersenyum. Bangkit berdiri dan meraihku... Meraih pena dan menuliskan... "Bee... Ku lupakan segala tentang kita..."

Minggu, 01 Agustus 2010

Dear: Rainbow (by: rebeca_rey@nimbuzz.com)

Ma Wan, 01 Agustus 2010
-♥½ нατi♥-

Di şυđυτ нατi þєlαηģi, Mєηjєlαηģ þαģi...
Kυ τģģυ Ъilαкαн кємЪαli,
đαη τєгđiαм...!

"Aku tak sangup setia, namun hatiku tak mampu mendua. Andai seseorg yg Tuhan titipkan padaku mampu mengertiku, memahami rasaku, mungkin tak lagi setengah hati...!"
Aku trdiam sejenak. Tak mengerti apa yg harus trucap! Semua adalah kebohongan! Di dalam warna manis penawar sepi, seolah jiwamu seperti hamparan kertas putih yg tak bertepi menerima goresan tinta hati yg smakin pudar. Kau mampu yakinkan aku adalah pelangi di ujung senja yg tak akan hilang. Tp smua?? Adakah sebait penjelasan? "maaf, kalau reb' anggap ini permainan, anggap aku kalah...!!!"
"aku ingin istriku seperti Reb'... Mampu buat ku bahagia, trtawa, dan brcanda. Bukan selalu pertengkaran adanya... Aku lelah seperti ini di sisa hidupku...!"
Aku tak mampu brgeming. Ingin meronta namun belenggu kesadaran mash mengikat, ingin menjerit namun suaraku terjerat rantai kasih, ku genggam hp ku, seperti ku bungkam kata hatiku, apakh ini yg d namakan dunia maya? Penuh kebohongan yg trungkap stelah smua trlanjur menguasai hati?... Trnyata pemikiran ku salah, aku brasumsi tak ada beda nyata atau maya saat ku nyatakan sdih akupun menangis, saat kutuliskan bahagia aku pun trsenum. Laugh over laugh (:lol:) bukan skedar tanda, namun wakil dr perasaan bgiku. Tp trnyata aku salah... Dan aku kalah...

Rona jingga pada segaris pelangi tlah pudar, kepercayaan dan harapan hanya brlalu seperti buih... Hilang dan tinggal sebuah penyesalan...

Mula cerita cinta;

Wang lee you duo jiuZai mei ting dao ni...
Dui wo shuo ni Zui ai de gu shei...
Wo xiang le hen jiu woi kai shi huang le...
Shi bu shi wo you zou cuo le shen me...?
Ni ku zhao dui wo shou;
Tong hua li du shi pian ren dhe
Wo pu ke neng shini dhe wang zi...
Ye xu ni bu hui dong, cong ni shou ai wo yi hou...
Wo de tian kong, xing xing dou liang le....

DONG HUA
By: Guang Liang
***

Entah brapa lama brlalu, sejak aku mendengarmu...
Mengatakan padaku, tentang sebuah cerita...
Brfikir untk waktu yg lama, apakah aku yg brbuat suatu kesalahan...?

Kamu menangs dan brkata padaku,
Cerita itu hanya kebohongan...
Aku tak akan bisa menjadi pangeran di ceritamu...
Tapi kamu tak mengerti, sejak kau beri tangan mu padaku...
Bintang di langitku mulai brsinar...
***

"Seperti bait itu kau yakinkan aku. Seperti janjimu kau mampu yakinkan aku adalah putri dari sulitnya drimu menjadi pangeran, walaupun knyataan nya cintamu mampu buat ku bersinar lagi".

...dan mlm ini ku dgar lagu it, kira2 bgitu artinya menurutq yg ku pastikan bnyk yg melenceng dari maksudnya. yg pentg bgitu kira2. Akan ku rekonfirmasi lg arti lagu it stelah aku bertemu dgn Vannes Wu, namun bl tidak, minal aidzin kalau ada ksalahan... Hagz! *jokingly*

Awal tahun 2010 yg trasa hambar, musim dingin yg masih terasa asing seperti mempermainkan aku, dan brsama doa-doaku akupun bertahan. Perasaan remuk redam menyertai, seperti seorang maj'nun yg tak pernah bersyukur aku. Mengeluh! Mengeluh dan mengeluh...!
Aku putus cinta..
(Notes: ~MERINDUMU~ www.facebook.com/ўєllд ўцяiлdд)

Sakit rasanya: seorang yg ku yakini mencintaiku apa adanya, trnyata tak sedemikian adanya. Otak kotornya membuatku membencinya, dan berakhr. Puisi cinta berubah menjadi prosa penyesalan. Betapa!!! Fantasi di hitam nya imajinasi membuat dia memelihara penyakit gila tingkat rendahan menurutku. Menuruti nafsu dan terlampiaskan pada tulisan2 yg berbalas-balasan. Tak perduli ayat-ayat agama kah mreka yg melakukannya? Aku tak tau, tak ingin tau, dan akupun tak mau tau... (bahasa jagat chatting=cs)
Aku putus cinta, karena aku msh memiliki otak waras, walau kadang goyah, dan akupun masih percaya rohaniku msh berapi api. Singkat kata. Berakhir...!
***

Hari itu, tak ada yg menyenangkan. Segalanya terasa tak bernyawa. leonidas chocolate, coklat ternama by leonidas kestekides, yg memiliki 1913. 1.400 outlet dan harga Hk$. 880 per paket pun terasa hanya seperti gula kelapa di mulutku. Bosan! Muak dgn keadaan!
Di saat dmikian di suatu titik rentan di hidupku, sebuah makhluk bersayap turun di hadapanku, bak berperisai dan memelukku ia. Kata-katanya seperti mata panah coepit yg menusuk tepat di inti jantungku. Semua keluhanku, kata kata umpatan ku di telannya, entah dia bahagia atau sebaliknya mendengar aku yg hampir melilitkan tali d leherku...
Mungkin tepatlah bila dia di sebut "dokter jiwaku" saat itu.
Semua brjalan mengikut waktu. Berjalan selaras, harmony dan apa adanya. Persahabatan... Ya! Hanya persahabatan!
Tak mampu ku pungkiri saat mereka berkata; persahabatan adalah 70% dari awal sebuah cinta. Nyata dan realita!!! Persahabatan ini menjadi cinta! Aku jatuh cinta lagi. Bukankah seharusnya aku jera mencinta? Entahlah... Ini yg ku rasa. Dia baik, posesif tapi selektif. Dan aku sayang dia. Akankah aku jatuh cinta, dan aku akan jatuh karena cinta...
Waktu merangkak perlahan. Terbias warna pelangi di angkasa sana, yg begitu membuat aku lupa memandang bumi di mana aku berdiri pada batu pijakanku yg rapuh. Harusnya aku sadar pelangi hanyalah bias cahaya yg tak akan pernah ku sentuh, ku pandang saat ku mau, dan tak kan pernah bisa ku miliki, tak akan bisa dan aku tak mampu.
Indah pelangi di senja kelabu terseret petir dan kelam nya badai. Entah knapa. "dokter cintaku" adalah istri lain hati. Hancur hatiku, akupun tak tau apa yg aku rasakan hr itu. Hancur, patah dan hilang... Saat "pembaca" menikmati paparan ini, hentikanlah sejenak, rasakan hatiku, perihku, dan air mataku. Ku mohon....
Bagaimana ku mencinta suami orang, separuh hati perempuan lain tak kan mungkin ku miliki. Tuhan pun tak kan berkata "Ya" untuk rasa ini. Mungkin demikian! Ingin ku akhiri cerita ini, namun tak mampu berakhir, dosakah aku??? Dan sampai cerita ini ku sampaikan pada pelangi yg tak pernah pudar, aku masih mencintainya, hari ini, dan entah sampai kapan... Biarkan semua terkikis sedikit demi sedikit, menghilang demi waktu, dan berakhir demi sebuah keihlasan.
Seperti apakah aku mencinta dia, seperti apakah dia mencintaku, biarkan smua ini berujung pada sbuah perpisahan. Perpisahan lagi. "Bila kau temukan kebahagiaan bersama belahan hatimu, ingatlah aku sedang trsenyum di kebahagiaanmu.... Aku yakin smua akan baik2 saja. Istri tercintamu akan menjadi seperti yang Tuhan mau, bukan seperti maumu..."

Aku menyayangimu, tp aku tau ini harus berakhir, bukan sekarang tapi suatu saat...