Sabtu, 31 Juli 2010

TENTANG BINTANG

Smua crita di dalam imajinasiku, dan semua keluhanku hanya akan menjadi sebuah kebisuan yg tak akan terucap... "hanya emosiku alasanku brusaha..."
Bintang itu adalah sahabat dalam kerinduan, rindu rasa, rindu rupa yg membwaku pada segenggam harapan yg selalu aku tunggu di sela kepercayaanku pada masa yg brsamanya menjaga hatiku di hari hari yg ku hadapi.
Hanya ini yg bisa ku lakukan, terdiam, mengenangmu, dan menuliskan sesuatu tentangmu, hanya brusaha menghibur diriku sendri, brharap kau akan mengerti, tanpamu aku bukan manusia tegar...
Mimpi ini akan menjadi nyata, di antara bintang, kenyataan adalah mimpiku, saat mimpi menjadi nyata bintang itu menjauh. Rindu asa, cita, dan cinta brsama malam menyadarkan aku untuk terjaga. Tanpa bintang nyataku kembli menjadi mimpi. Entah untuk sementara?? Entah selamanya??
Semoga segala mimpi, cita cinta hidupmu menjadi kenyataan, yg akan membuatmu bangga menjadi drimu sendiri. Kerinduan bgitu sulit dan menunggu adalah menjenuhkan. Aku pun merasaknnya. Aku merindukan, menginginkan, mengharapkan suatu kebahagiaan absolut. Dan kerinduan ini ku titipkan padaNya... Semoga persahabatan kita abadi...

☆яαίήßöw_ήєvєя_бöήє☆

~Bintang Terlahir, Bintang Terakhir~

"mbak, aku rengking....!"
Renyuh terbalut senyum saat mendengarnya. Jiwa seakan brgemuruh, mengangkat air mata meluap bak grafitasi magma yg mendesak mencuat dr rongga bumi. Salut luruh, anganku limpung; d bawa hayal bersama lembaran lama.

2 tahun yg lalu....

Tubuh kecil itu terduduk di ujung gang kecil, debu berhamburan liar, panas mataharipun tak kalah bertampang anarki. Terfikir sudah, bocah yg 3thun lalu terlahir itu mengecap dgn nikmat pahitnya hidup.
"aku ngenteni bapakku liwat, arep njaluk dwit gawe tumbas susu..."
(aku menunggu ayah, mau minta uang buat beli susu. Red)
Sinar matanya antusias, pesimis, yakin mendapat apa yg d ingin, spt seorg pejuang '45 brsama Soekarno dia tunjukkan smangatnya d depanku. Menangis... Ya aku tak brhasil membujuknya dan akupun brlalu membawa tangisku. Dan aku seperti pecundang Jepang.
Tepat 16.35 wib, sebuah truk dgn gagahnya mengacaukan debu kering jalanan seperti trilyunan lebah di usik dri sarangnya, hingga Fatamorgana tak terlihat lg oleh gusaran badai debu...
Si pejuang bangkit berdiri, membusung dgn mata nanar, mungkin lbh tepat dia seperti gambr2 Bung Tomo yg sedang mengangkat telunjuknya di dinding2 sekolah. Harapan... Harapan si pejuang hampir tercapai...!!!
Smakin dkat truk busuk itu, smakin tegak si pejuang brdiri.
"paaaaaaak...! Nyuwun duwit, gae tumbas susuuuuu...!" (ayaaaaaaah! Minta uang buat bli susuuuu....!.red) lengkap sudah, Bung Tomo memekikkan kata hatinya.
Mataku terpicing, menerobos masuk kdalam bagian dalm truk, dgn kapasitas mataku yg lumayan payah, aku bisa deskripsikan seseorang d dlm truk busuk itu seperti emoticon *HOROR* di applikasi bombus favoritku, yg bagiku beliau yg terhormat it tak kalah busuknya. Trfikir di otak dudul ku saat mengenangnya, tampangnya adalah *HITLER* yg seumur ku menggila di dunia nimbuzz pemakaianku mampu ku hitung dgn jari satu tangan. Jarang sekali. Kalau saja *HITLER* yg trhormat itu adalah nick, mgkn sudah ku lempar flood privat atas nama zombie sebanyak 10.000, 1hr 3x sesuai resep dokter. Aaaaaaah!! Ini bukan maya! Tp karya nyata tanpa reka, yg terasa bgitu manis bagiku, indah, dan luar biasa...!
Next story....
Ku trcengang, seperti seekor ulat kudisan d buatnya. Betapa tidak! Fikirkan betapa sulit ku deskripsikan cerita yg tak lain adalah keadaan sulit si pejuang saat it untk mendpt setegak susu, dan harapannya hanya brakhr dgn uang brwarna hijau, brgambar hewan ter handsome. Terbang limpung brsama debu, ya!! *HITLER* it hanya melempar uang kertas Rp.500,- melalui cendela reot truk busuk yg anggun itu. Ulat kudisan, yg tak lain adalah aku hanya mampu trcengang seperti arca roro jonggrang, tak mampu berkata, karena tak mampu berbuat.
Truk busuk brlalu bersama harapan2 sang pejuang, hanya meninggalkan taburan debu yg semakin menggila. Sang pejuang trtunduk. Memandangi uang brgambar "munyuk" it. Di genggam, dan di pandanginya. Brulang ulang! Sakit tenggorokan ku rasanya menahan makian dr lubuk jiwa ku.
Mataku memanas... Terpaku... Dan yakinkan aku adalah seekor ulat kudis yg terdiam menunggu hari, atau tepatnya menunggu mati. Terhempas jiwa ku, menahan emosi otak ku, antara sabar dan memberontak pd nasib. Aku branjak dr singgasana ku, menuju kamarku yg menurutq tempat terdamai dr padang sabana manapun. Sambil ku jinjing perasaan berat, di hatiku berkata: SETEGAK SUSU TAK MAMPU KAU BERIKAN, APA LG SESUAP KEBAHAGIAAN???!!!!
Ku hempaskan tubuhku di atas perasaan membiru. Menangis, hingga trtidur....

4th sudah kejadian itu brlalu, tak surut lekang, tak mampu trkuak lepas, mskipun bnyk kisah trbias. Trlalu hiperbol mgkn. Tp it yg kurasa. Dan smua terasa bgtu manis, semanis anggur Lebanon, doa doaku saat menyembah pada-Nya kurasa seperti mazmur-mazmur nabi daud. Dan tangisanku serasa seindah amsal amsal nabi sulaiman. Smua terasa indah saat ku tatap pelangi yg trguyur sinar mentari saat bumi mrasakan curahan hujan panjang.
Aku trsadar dr lamunanku, aaaah..! Aku mengenang sepenggal kisah hidupku. Ku hapus sisa air mataku, dan aku pun trsenyum. Pahlawan kecil itu tlah brumur 7th saat ku tuliskan curahan hati ini. Dan dia adalah "bintang" terakrir yg trlahir di keluarga kecilku, brsinar... Bak berlian senja. Bukan sbg anak bangsa yg rapuh karna sulit menegak susu pd masa balita. Yah!!!
Dan ulat kudis yg hanya mampu terdiam menunggu hari itu bukan mati! Namun stelah ulat it merenung dan berdiam, ia brubah menjadi kupu kupu indah, mampu trbang kmanapun.

"mbak, aku rengking...!"

Suara itu benar benar menggugah jiwaku yg slama ini trlelap, entah brapa saat. "Semangat bint...! Mbak slalu brdoa buat mu...!"

ўєllд .д. ўцяiлdд

aku gadis desa

Silau rasanya memandang sekitar, kalau saja mata ini bukan the best quality dr yg Esa, mgkin sudah harus keluar masuk bengkel reparasi. Hufth...! Dan hal yg plg ku benci adalah hidungku akan mengalirkan darah bila suhu tubuhku tak stabil. Pening rasanya, dan bgt menyakitkan hati bila pd saat itu otakku mash tetap harus berfikir jernih untuk sbuah tugas. Huuft...! Inilah hidup. Berkata 'ya' walau d hati enggan. Brusaha menjadi munafik yang baik untk meluluskan sbuah perdamaian dgn waktu. Mgkin inilah hidup sbnarnya, tak perduli marga, atau pun kasta, karna aku yakin Tuhan tak perduli itu, karna Dia melihat seperti apa manusia berjalan, dan bukan sampai d mana manusia brjalan... Bukankah demikian??
Sesaat langit brwarna redup, lekuk awan mulai kontras dgn putih gumpalan nya. Trdengar denting2 air di permukaan kaca jendela. Jauh di alam hayal ku terlintas anak2 kcil brlari2 an. Para paman pamanku yg brlarian menyeret terpal menutup hamparan jagung yg brserak di halaman rumah mreka. Tak lupa pula ibuku yg mengangkat baju terusannya sampai ke lutut terbirit birit menuju depan rumah memanggl manggil adik bungsuku tanpa perduli jemuran atau ikan kering di atas atap, karna ibuku tau responku lebih kepada mengamankan jemuran dan ikan kering dari pada mencari adiku yg lbh tertarik pada suara spektakuler 'mak nyak' dari pada suara merduku.
"ngooooh...!!! Bongooooh!!!... Udan... Muleh!!!!" hmmm... Verry spektakuler!!
Berlawanan dgn itu, sbagian anak2 berhambur keluar rumah, berlari2an d bwah simbahan air hujan, btapa manisnya suasana di desa. Yeah! Akulah gadis desa yg berrumah di bawah kumpulan pohon bambu.
Menyenangkan, bercanda dgn kedua adiku yg tautan umr ckup jauh dgn ku, 7 tahun, dan 15 tahun d bwahku. Sambil menunggu hujan berganti menjadi kesejukan, dan pelangi yg tak kunjung menampakkn diri. Haaaaach...! Aku sgt merindukan mreka...
18 bulan lalu sampai hari ini aku di sini. Merubah peradaban tanpa mengusik keyakinan. Kesepian, kelelahan, dan kesabaran seperti racun pahit yg stiap saat ku telan dgn ikhlas. Smua sudah ku mulai sejak ku tinggalkan suasana damai desa ku, 'CATHAY PASIFIC' menculikku ke tempat jauh di sini mencari jatidiri. Ku teringat betapa beratnya perasaanku saat itu. Pramugari cantik brbalut seragam merah khas maskapai seperti membuka lembar lamaku pd cita2 yg terkubur jauh tertimbun puing2 kehancuran jiwaku, tp d balik itu aku brsukur saat pandangan ku turun ke bawah tepat pada sepatu high heel hitam mreka. Dan aku pun tersenyum, bahkan hampir tertawa, bayangkan: betapa tersiksanya bila aku memakai sepatu berukuran 7cm dari permukaan bumi.
Sejak hari itu, tak ada lagi menyiram halaman pada sore hari, dan menyapu halaman, mencari atau tepatnya mencuri tebu di empang sebelah dan memakan nya d tepi sungai, duduk di tepi dermaga sungai Brantas pada mlm hari, ataupun merenung d pinggir jalan tenang di gunung Klotok, 'bukit bintang'... I miss you...
Mungkin hari ini semua tlah brubah, tangan yg teracung bebas brkata dan berexpresi kini hanya bisa mengepal dan bersembunyi di balik tubuh lemah yg tak kuasa melawan amaran, adat dan tatanan.

Mєηυгυτi þємiкiгαη iηi αкυ Ъгкατα: "Yα. Bυгυηģ мємiliкi кєнoгмαταη γģ τđк đi мiliкi мαηυşiα, кαгєηα мαηυşiα нiđυþ đαlαм Ъαγαηģ2 нυкυм đαη αđατ γģ iα гαηçαηģ υητυк điгiηγα. SєЪαliкηγα, Ъυгυηģ нiđυм đαlαм кєşєгαşiαη đєηģαη нυкυм-нυкυм мυτlαк đαη υηiνєгşαl γģ мєηģģєгαккαη Ъυмi мєηģєliliηģi мαταнαгi".

Kahlil Gibran
Badai Kehidupan
Http://www.gramedia.com/


Ya! Andai aku sperti burung??? Dgn penuh kehormatan alam aku brkarya, terbang menuju keserasian hati, tanpa perduli palang2 aturan menjajak dan menjejas di kesenjangan sepi. Bersyukur melihat sayap2 seperti kenari meliuk. Tanpa resah, percaya pada kasih pencipta. Sempurna Tuhan mencintai makhluknya. Apalagi menyayangi ku... Amin!
Masih aku yg dlu, bgiku mash bgitu nikmat menegak teh kotak ultra jaya, atau apapun makanannya minum nya teh botol sosro, wlupun kadang mataku menangkap sudut populer star buck atau coffe been. Jentera ternama itu membuat ku smakin merindukan kisi kisi driku yg redup menghilang.
Aku di sini. Menjemput fajar pagi ber pelangi. Aku akan, dan terus berjuang. Jgan pernah patahkan aku hai kelemahanku!... Untuk sebuah mimpi aku pergi, untuk segenggam cinta aku brdiri, untuk sebuah kasih aku berlari, dan untuk satu Pencipta aku bersaksi.
Berusahalah, bekerja dan brdoa. ORA ET LABORA!!!

ўєllд .д. ўцяiлdд

-mERiNduMu-

Tak ku rasakan lagi, indahnya rasa rindu,
Tak ku rasakan lagi, indahnya hidup ini,
telah habis rasa cinta di hati yg menyelimuti diri...
(Dellon_merindumu)

Ma Wan, 04 Mei 2010
Saat mata tak mampu melihat kebijakan diri, hati mulai berkata
Inikah arti "SAYAP SAYAP PATAH"???? Kata yang baru terasa nyata, nyeri...
Inikah arti "RAPUH NYA SEBUAH JIWA"??? Frase novel singkat yang tak pernah terfikir...

Tuhan, Aku menangis...!!!
senyap salut kini di setiap sudut malam, kata yang tak terucap, tangis yang tak bersuara. Mengenang, menerawang, kenangan demi kenangan. Bingkisan waktu yang terlalu manis untukku. Simpati, salutku pada sesosok rupa. Mencipta rasa rindu yang kurasa nyata meski maya. Kehilangan..... Bahkan yang mendalam... Biarkan kenangan ini terbias perlahan di angkasa, beriringan bersama terbang asaku memeluk bayang mu. Bersama air mata yg hilang entah kemana... Mengindahkan sejejas bait yang seakan terucap untukmu, namun q tak mampu.... Tak mampu lagi...

Ini aku, yang ku kira tegar, ku kira kuat, namun ternyata??
Ku harap semua adalah jalan terbaikku untuk memikirkan apa yang aku lakukan dan yang telah ku pilih. Mungkin ini jalan ku... Aku bosan berharap, tapi aku masih tetap berharap.
Seolah dadaku terasa sesak... sesak...!!!
Hari ini bukan untuk kemarin, pun sebaliknya, dan seterusnya. Aku sayang kamu, walaupun bukan alasan untuk kita bersatu, semua tentang kita berbeda. Aku bosan membenci keadaan, aku jenuh mempertahankan hari ini. Aku masih sayang kamu, yang terindah, yang terdalam... Yang harus ku lupakan demi hidupku, mu, mereka, dan semua...

Tuhan... Ku akhiri....!!!
Biarkan tubuh dan hati ini lelah, smakin sesak waktuku berusaha...Tapi jangan jemput aku kembali sebelum aku mampu tersenyum kembali...

Dari hatiku,
ayu_rainbow@nimbuzz.com

Kamis, 29 Juli 2010

ˉ°ŧίŧίρ яίήđυ вυαŧ αyαħ°ˉ

Bersama Rembulan temaram, br selimut awan hitam ku terdiam mendengar cacahan melodi pengikut mozart saat ku buka jendela kamarku mlm ini. Entah siapa dia. Stiap pkul 11 mlm ia slalu memecah hening malam bersama isomonia yg tak pernah mampu putus hubungan dgn ku. Dan tak ada jalan lain akupun menikmati mlm mlm bersamanya. Enth apa yg dia harapkan d tgah mlm slalu menyanyikan lagu bgini. Pemikiran trbaikku adalah: karena dia adalah mahasiswa "music univesity" yg gigih brlatih dan cinta music mskpun tak ada wktu bginya di siang hari. Dan pemikiran terburukku adalah: ia sengaja bangunkan mata2 sebam yg tengah brmimpi bertamasya d taman brgantung babylon, atau tengah brcengkrama brsama ratu cleopatra tentang asal mula terciptanya 'lift' di dunia. Apapun alasan nya, aku tetap menikmati lagu dan permainan si pengikut Mozart yg seperti frederic chopin yg d sebut dgn second Mozart oleh org2 polish.
Mendengarnya membawaku terbang pada segenggam kerinduan. Mengenang sesuatu yg telah hilang. Teringat bgiku sebuah bait lagu lama, terlahir dari ilham Ebit G. Ade.
"TITIP RINDU BUAT AYAH" entah dari mana jaring2 saraf hayalku menautkan nada2 chord do, mi, sol ini.
Q mulai membuka lamunan, membuka album lama tanpa indek tentang masa. Aku mengenang seorang figur yg slalu membuat mulutku menganga saat ia membuka dongeng di akhir hri ku menjelang malam sbgai jeda hidup menuju pagi.
Ku ingt dia brcrita; Mulai dari dongeng danau toba, sangkuriang, kancil, timun emas, sampai cinderela, fairy tophia, tinker bell, petterpan hasil karya disney, aku dgar dgn bahasa nya sndri, hingga tak jarang akupun brmimpi menurut versiku sendri. Akh... Ayah...! Ku rindu mendgar d0ngeng2 mu mlm ini...
Bila aku adalah peri kecil dgn sepasang sayap akan ku cari dia di tiap sudut surga bila ku rindukan dia. Tapi aku adalah aku, yang brharap mampu menjadi LASKAR PELANGI, walau knyataan nya aku masih SANG PEMIMPI. Dan hanya lewat narasi ber alur hancur, ku ungkap sbuah kerinduan.

Dalam kenangan;
Figurnya bgitu lekat d hatiku, yg teramat mengashi ku, melindungi, dan slalu menyayangiku. Mugkin karna intimidasinya aku lbh nyaman membantunya menyikat besi anyir dgn sikat baja, merlumuri kompresor dgn minyak, dan menemaninya semalam malam mereparasi exapator, dr pda membantu ibuku memarut kelapa untk menu makan malam, atau membuat kue lapis rainbow yg menurut ku dlu itu pekerjaan membosankan. Hihi...
Aku terpaku, jauh ku melihat langit. Gelap tak ada 1 bintg pun mlm ini. Dan seperti itu lah tiap malam ku. Trlintas wajah ayah, saat ia sudah tak mampu brdiri lg, ia hanya menyerah pasrah pada kursi roda yg setia tanpa kata mendampingi. Pun tak ku lihat pts asa d wjahnya, ia tetap trsenyum, dan ia brusaha brtahan...!!
Quote singkat Indonesia memaparkan: "arti seorang akan terasa saat hadirnya tak mampu qta temui lg di alam sadar" ...benarlah! Dan itu benar2 aku rasakan. Mataku mulai brgerimang. Merasa sesuatu mulai menyelaput di bola mata. Trasa berat, dan perih d ulu hati. Butir air mata mengungkapkan kerinduan, mewakili kata hati yg tak sanggup trucap lagi, tak mampu trsampaikan padanya.
Sesaat mataku trpaku pda tumpukan buku2 pelajaran di hadapan q yg acuh, tak mengerti hatiku, namun membuka halaman kenangan tentang nya. Seolah apa yg ada padaku hr ini adalah benih dari padanya. Ayah, ingin rasanya ku ucap terimakash padamu, namun aku tak mampu lg!!...
...ia trduduk, memegang selembar krtas brtuliskan soal soal mata pelajaran kelas 4 SD. Berkata kata seperti Ki Hajar Dewantoro yg memaparkan sebuah teori. Dan sprt biasa; di samping kiri tepat di bwh lutut ki Hajar, trtunduk lesu seorang bocah, menjawb pertanyaan seadanya, karena di angan nya sudah terkontaminasi dgn acara TV brtajuk animasi. Seperti itulah ayah slalu mengajar. Menyertai stiap blajarku, dan ibu pun tak kalah aksi, menuliskan perkalian di kertas HVS warna yg menurutku adalah lebih mengerikan dr pd pengumuman org hilang. Benar2 seperti matahari dan bulan mrka terangi hdupku. Wlu Tak jarang akupun menangis saat aku merasa bosan blajar, tak erduli chaya cinta mreka menyinari. Itulah aku....
Ayah adalah gugusan planet terhebat yg pernah ku temui. Brsama jiwanya, ia mampu membentuk orbit yg bgitu luar biasa... Dan aku adalah episiklus yg kadang mencuat keluar dari lintasan mengikuti lintasan orbit ku sendri.
Dia benci melihatku menangis, merajuk dan mengeluh. Ia akan menjauh dr ku saat aku menangis, membentakku bila aku mulai merajuk, dan tak segan mengetuk kepalaku bila aku mengeluh. Dia akan memaksaku mendataangi org yg menyakitiku, dan aku harus minta maaf pada org2 yg menyakitiku. Haaach...! Walau sampai hr ini hal itu sgt jarang ku observasi karena emosionalku statis, tak dpt d hitung dgn ilmu geometri manapun.
Gerimis pg itu...
Rongga dadaku trsumbat sejuta ksedihan, trsekat permohonan pada Yg Kuasa, tak mampu aku ekspose kata ht ku, apa lg menangs. Ku rasa gelap d antra panasnya permukaan kota Kediri. Keadaan ayah menurun drastis. Nafasnya berat, dan ia tak sanggup brkata2 lagi seperti hari kmarin. Tak sanggup aku menatap matanya yg kosong, dan terberat bgiku menerima bila ia tak mengenali aku lg. Rasanya ingin ku usir dgn tegas Malaikat yg telah brdiri d samping ayahku, namun aku sdar, ini kehendak Tuhan. Ku peluk ayah, kurasakan detakan jantungnya memburu, dan tangisanku kian menjadi. Berat bgiku...! Aku msh butuh kehadiran sesosok ayah, aku msh ingin dia ada. Aku menangis...
Samar samar ku dgr ia brkata, entah apa. Terdengar parau, dalam dan lirih, trbenam d antara nafasnya yg sulit.
"ojo nangis nduk... Bapak ora menyang ngendi2..." tangisku menjadi... Btapa perih hatiku terasa...
...singkat waktu smua berakhir. Sejuta harap, cita, cinta dan keinginan hilang terbang brsama angin surga. Seakan separuh jiwaku mengantar kepergian ayah. Ensteinku pergi, Sahabat terbaikku tak ada lg, tinggallah setitik cahaya temaram, berpijar sendiri tak mampu menyinari lg...
Jiwaku hanya sebongkah batu, penuh garis2 retak, menunggu trkikis, hancur, dan hilang. Semangatku hanya seperti pinisium kering d tengah rawa keruh. Menunggu rapuh, patah dan tumbang....! Jangankan juara pertama seni lukis dan seni suara tingkat provinsi, atau juara kelas seperti kemarin lg, naik kelas adalah anugrah terindah bgiku.
Serasa SLTP NEGRI 1 tak butuh murid seperti aku. Saat ku terima rapor biru, seakan ku memandang ukiran batik solo di tiap lembarnya, tinta merah karena sering nya membolos sudah bukan menakutkan, tapi sungguh mengagumkan. Aaaaaach! Masa lalu! Tp di balik itu, aku msh blum putus asa! Aku belum patah msk hidupku cukup parah...
(halaman baru: "rainbow never gone")
10 tahun kenangan dramatis itu tergulung masa, dan aku mash berusaha. Tak hilang oleh murka, tetap ada sebagai mana aku ada. Bukan sebagai pramugari maskapai, atau seniwati seperti cita2 hati, tp aku cukup bangga menjadi diri sendiri. Dan aku tak akan pernah menyerah lagi. Trimakasih ayah, aku bangga menjadi anakmu....

By: ўєllд .д. ўцяiлdд яділвош