Senin, 29 November 2010

SEKAR JALANAN

Ingin ku hancurkan kisah ini hingga keping terkecil waktu bersamamu... Ingin ku maki kebusukan ini hingga terparau suaraku... Aku: yg berusaha menjadi aku ternyata pemuja kebohongan mu, kebanggaan pada tipuan sempurna dengan konstruksi reka tanpa kalkulasi waktu. Berapa jam, hari, minggu, bulan, bahkan tahun berlari terjatuh dan berdiri bersamamu, tanpa hati mu, dan hanya dgn kebohonganmu!!!

Sempurnanya caramu membunuh cintaku, seolah kau alirkan darah berlumur tuba dalam nadiku. Apa artiku untukmu? Aku bukan boneka kecil pelampias rodi hati... Aku manusia bertahta kemelaratan yg lelah penghianatan. Dan lagi kau tuang garam di atas cacat luka yg semakin terkuak. Aku tak ingin di hormati, tp mampukan dirimu hargai aku sang pejuang waktu...? Atau setidaknya kau hargai aku dr rasa kasihanmu...

Seperti pecundang ku mengalah pasrah padamu... Dan seolah menjilat ludah terbuang ku maki drimu yg pernah ku puji, dengan kataku, dengan hatiku.

Mawar kalbumu Kini hanya sekedar sekar jalanan, meyusur debu himpitan kemunafikan. Bersama mesiu penipuanmu kau hancurkan hatiku, dgn panah dan busur mu kau hentikan nadi percayaku...

Sayank... Dengarkan: sekar kalbumu memakimu dgn ketidak berdayaan, merakit hidup yg semakin tak logika tuk di rasa...

Semoga kau puas letakkan aku di rahim penderitaan ini...!

Minggu, 28 November 2010

°♂○ įŹłήкαή αкű мęήćłήŧαłή¥α ○♀°

Enggan berkata... Tak ada warna dalam kilauan senja bermuara malam. Aku hanya siang, yg tak pernah miliki bintang... Cahayamu buram saat ku rindukan sinar terang, dan sinarmu semakin terang saat ku rasa silaunya mata hatiku yg malang. Hanya diam, mengenang mimpi, merajut kekuatan dari benang masa lalu, tak ada lagi cinta, terlarut detik yg kian memburu. Melebur, membaur, dan semakin menghilang. Kerinduan ini kan ku simpan dalam langkah lelah. Menunduk, menunggu datangnya pagi yg terasa enggan kembali. Ikrar mimpi ku ucap pada diri; "tanpamu aku bisa". Tanpa sadar air mata menetes, lagi... Dan lagi... Menyadari aku menipu nurani, melawan hati, untuk yg kesekian kali.

Hadirmu kian hilang, melayang di telan kebohongan dan penipuan. Aku, bersama mimpiku tertidur lelap, berharap tak terbangun brsama mimpi tentangmu.

Warna senja tlah meguasai gegani raya. Aku berjalan meninggalkan cabin kapal tanpa suara. Ku rasa dinginnya musim kali ini terasa lebih membekukan hati. Terhenti sejenak di tepian pantai ini. Di bawah pohon cinta; tempat bertemunya suaramu dan suaraku biasanya, "hallo yank...!"... kenangan! Tak kan ada lagi. Yg ku dengar hanya hempasan air laut menyeret pasir pantai, dan buih buih landai yg bergiliran datang dan pergi seolah menatapku termenung.

Siang yg berlalu dgn sejuta kerinduan dalam pesona nirwana tlah meninggalkan aku dalam canda bersama kata tuk ungkpkan isi hatiku. Saat cahaya fajar menghapus siluet figur dan sosok cintamu yg kian memudar, akupun tak ingin terlarut mencintai kebohonganmu. Aku ingin kembali ceria dgn harapanku, aku ingin kmbali tersenyum dgn caraku. Mungkin mencintai sahabatmu, seperti engkau mencintai sahabatku, jgn salahkan aku!!! Aku hanya ingin kau, dan aku bahagia meski tak bersama...

Ciητα, γαηģ şєЪєηαгηγα αđαlαн кєτiкα кαмυ мєηiτiкαη αiг мατα đαη мαşiн þєđυli τєгнαđαþηγα, αđαlαн кєτiкα điα τiđαк мємþєгđυliкαηмυ đαη кαмυ мαşiн мєηυηģģυηγα đєηģαη şєτiα. Ađαlαн кєτiкα đi мυlαi мєηçiηταi oгαηģ lαiη đαη кαмυ мαşiн Ъişα τєгşєηγυм đαη Ъєгкατα: ”αкυ τυгυτ ЪєгЪαнαģiα υητυкмυ”

Kahlil Gibran
"cinta"
Http://www.gramedia.com

Mungkin itu yg harus ku turut di dalam pemikiranku, metafora cinta yg notabene menyakitkan, namun aku sadar, aku pernah merasa bhagia bersamamu, meski itu hanya seberkas kebohongan. Ijinkan aku mencintainya...

Jumat, 19 November 2010

╦●Кцρц-Кцρц тдйρд šдўдρ●╦

Ku susun nafasku searah ketenangan hatiku, selang kecil nan bersaling silang d tubuhku membuatku mengerti tentang sewajarnya kehidupan. Ini ujian, dan saat ku melewatinya aku kan menerima nilai2nya, seperti biasa aku kan berkata "aku harus naik kelas!!!".........Dan berevolusi.

Aku sakit, Rasa tersakit, dan paling sakit. Namun tak ada kata karma atau membalas rasa. Karena separuh htiku terpatri pada jiwamu, masih padamu!! Dan bila ku akan sakitimu, perih itu kan menjalar pada nadi hatiku. Biar tetap rasa ini, meski tak lagi memiliki. Tak ada lg hatiku untk dia, mereka, dan semua, karena hatiku masih terpenjara pada jiwamu. Entah kapan kan kau lepas, karena akupun tak ingin bebas!

Tanpamu kini, sendiri, menanti, dan menyadari; aku hanya seperti kupu-kupu tanpa sayap. Hidup tanpa keindahan, bergerak tanpa mampu terbang.

Mungkin salahku menyayangmu, memaksamu mengerti aku, dan mungkin memang tak harus aku di hatimu, karena aku mencintaimu, bukan sebaliknya...

Dalam kisi kisi hari tinggal teruntai makna lelah, jemariku masih menggenggam mimpi namun aku tak mampu melaju tinggi, aku kupu-kupu tanpa sayap. Ijinkan kembali menjadi kepompong, diam dalam ketenangan, tuk kembali dapatkan sayap indahku suatu saat...
Cerita ini, rasa perih ini; Bingkisan terindah untukku di hari ultahku... Terima kasih Tuhan, Kau baik...

Selasa, 16 November 2010

Hidup...!!! Hiduuuup...!!!

Ikhlas...
Ungkapan rasa tanpa sanjungan pedas!
Mengakhiri semua tanpa lg perasaan was was!
Hidupku ga terbatas!
Ga cuma hari ini tapi waktu yg terbebas!

Freedom...!! freedom...!!
Luka ga selamanya membawa mati!
Hanya wajar membawa sedikit depresi!
Buat apa eah gua pikir malam ampe pagi!!
Bukankah uda biasa brandal di sakiti!
Bikin badan kurus, aaaw ga sexy lagi...!!!

Hidup ga cuma di dalam loginasi!!
Tp hidup jg berawal dari mimpi!
Waktunya bangkit berjalan menuju destinasi!
Hidup tanpa cinta, walaupun harus sendiri!!!!

Libas...! Libaaaas...!
Mulaikan langkah pagi menjejas!
Mulaikan senyum bebas lepas!!
Percuma gue brharap tp respon udah panas!
Hagz!!! Perlu sadari hidup memang keras!
Ga cuma nangis dan kemudian brkata AKU PUASSSSS!!!!

Hidup...! Hidup...!
Ga pduli siapa ntu si Susi yg buat kontroversi!
Bikin jantugnan, gue ngambek makan nasi!!
Huuuww! Cemen! Tp ga papa karna ntu manusiawi!
Yg penting skrg waktunya revolusi!
Utamamakan cita2 dan kembali kuasai hati....!!!!!

Yow!! Yow!! Yow!!
Semangat semangat!
Emg gue tipe penjahat!
Tp sekali dua kali penjahat bisa jd pejabat!
Mulai pake rok mini, biar kelihatan niat!
Sapa gue "hay!" tp hati gue ga bisa di dapat!!

Mati...! Mati...!
Cinta ini sudah mati!
Perasaan ini sudah pergi!
Balik ke judes jutek gue yg asli!!
Wooooy! Kawand! Yella yg udah hidup lagi!
Mulai gentayangan godain kalian!
Bukan maksudnya gue mumun ataow si manis dr jalanan!
Tp gue yella si pelangi sehabis hujaaaaan!!

(Nulis kayak gni tp ht gw ga bisa ngikuti! Hadaaaaaw!! Atiit ati kuuuuw!!!!!!!!)

Aku berharga dan aku tegar

Sesaat aku terkesiap, suara jeritnya mengejutkan ku yg terlarut dalam lamunan panjang. Merasakan hati yg kian memanas meski terbalut tubuh dingin terbujuk musim kali ini. Suara jeritan anak seumur 3tahun itu semakin mengguris miris terasa di hatiku, dan ku tau akhirnya. Patutlah ia menangis pilu merasakan perih di lututnya, berdarah karena terjatuh saat ia berlari beberapa saat yg lalu. Pipinya memerah, Mulut kecilnya merancu "papa, it pain...!" berulang entah berapa kali ia katakan, dan "papa" memeluknya, mengerti dan perduli... Ia benamkan wajah sedihnya pada pelukan "papa" merasakan usapan tangan yg seolah berkata: "tenanglah...! Semua akan baik-baik saja", namun suaranya masih membahana memecah lengangnya dermaga senja ini. "papa, its pain, pain!" seolah "papa" tak mendengar jeritnya. Dalam jeritnya ku dengar suara papa mengucp sesuatu, entah apa, setengah berbisik, dan jerit anak itu menjadi isak an merubah keyakinan. Di sapunya air matanya dgn jemari kecil nan bergetar, seolah mengumpulkan semua tenaga yg msh tersisa. Great!! Dia tenang, tangisnya terhenti, menyandarkan keningnya pada pelukan. Sesaat terdiam, "papa" mencoba menghiburnya, sdikit cerita membuatnya kembali menengadah, pandangan nya kembali berbinar menatap "papa" berharap menemui sesuatu yg kan di jalaninya sedetik yg akan datang...

Aku terdiam. Tersadar tentang satu hal, jeritku padaNya, mungkin seprti anak kecil yg terluka lututnya, dan berdarah. Aku merasa tak ada siapapun di sekitarku, hanya gelap, dan aku menangs di sudut ruang yg sama sekali tak bergeming. Tak aku rasa pelukan ayah, tak ada yg mengatakan padaku "semua akan baik2 saja". Tangisku kian dalam, menghukum diri seolah tak ada hari kedepan.

Piciknya aku, tersadar saat Tuhan menegurku. Dia memelukku saat aku merasa sendiri, Dia mengerti... Dia perduli... Dia memberikan penghiburan, menjanjikan hari depanku, membuatku bangkit kembali memandangnya.

Saat aku berkata: "Tuhan, aku berjalan bersamamu di dalam hidupku, ku ikuti jejak langkahmu, namun kemana engkau pergi saat ku ingin jejak kakiMu tuk tunjukkan langkahku??"
Dan tuhan menjawab padaku: " kau berharga, tak sadarkah di mana Aku, Aku menyayangimu, dan Aku tak sedetikpun meninggalkanmu, bila kau melihat kau berjalan dgn satu jejak kaki, itu karna aku tlah menggendongMu".

Dalam air mataku, aku masih berharga dan aku tegar...

Minggu, 14 November 2010

Saat kau bersamanya

Ku tuliskan lagi, ungkapkan rasa hati yg kian mati. Entah bosan atau depresi, aku hanya ingin ungkapkan, jangan cela aku kawan!

Terlalu sakit berandai andai dgn imajiku sendri, dgn garis amarah yg kian tak terkendali, apa yg kau fikir saat itu; hangat dan tenangnya sbuah pelukan, sdang aku di sini menanti masa dlam kerinduan, bahkan tak memeluk yg ku nanti, hanya menyentuhmu... Tak lebih!!!

Rasa ini, hati ini, tertoreh luka berrima janji, melepas besar grafitasi pada semangat menjalani mimpi. Rasakan tangisku rasakan pedihku saat kau bersamanya, aku?? Adakah sekikit ibamu mengingat ku, kau angkat hatiku dan aku terlalu bhagia, kau bawa aku mengintari pelangi, menembus senja tanpa ku melihat sisi lain yg nyata, dan saat ku terlena; ku titipkan segala rasa, asa, dan mimpi di pelukmu, kau hempas aku, tubuh ku bersama sayap patahku, terurai bersama air mataku... Adakah nurani mu mendengar parau tangisku, adakah hatimu merasakan pedihku?????

Akan ku kenang cerita ini, tentang hati, tentang kebenaran mencari secuwil batu permata di tengah luas samudra. Permata tulusnya cinta yg ternyata bgitu sulit ku rengkuh, dan hadir pada tangan rapuhku yg terbuka. Kisah ini; menyita konsentrasiku, menjeratnya menuju hayal imajinasi otakku yg menggila, mereka saat kau bersamanya. Dan tangisku smakin memenuhi pendengaranku yg menjalar pada hati kecilku, menyadari kau tak mampu bicara.

Sabtu, 13 November 2010

Aku bukan siapa-siapa

Dan lagi Menangis dan mencoba lapang di himpitan kaki tanpa tilas. Luka masih membekas, seperti noktah baru yg membiru di atas lembar kertas. Tak mampu ku hapuskan, meski tlah habis masa menghempas. Satu kata ku paksa pada hati: aku ikhlas...! Meski tak jua terang jelas, tak jua nafas terhirup puas! Ikhlas... Ikhlas...

Penyesalan ku...
Kedewasaan mu yg slama ini menjadi kebanggaanku mungkin tlah terlampau pemikiran rasionalku. Mungkin, atau memang karena aku tolol, dan terlalu mengagungkan mimpi, hingga aku tak mampu jalani kenyataan cukup berjalalan dgn realiti!

Ok!! Belajar menghargai satu sisi meskipun menyakitkan! Jangan katakan aku lawan, namun tak jua aku ingin kau sebut aku kawan, kita lain jalan! Haruskah??Back to loading! Sapu bersih semua kenangan, simpan kebersamaan, dan mulai berjalan, walau sendirian!!! Get real n relevan!

Masih tak mampu terfahami, masih wajahmu, tawamu, tentangmu di hati ini, haruskah ku lalukan semua??

Mungkin tak pantas emosiku ada, aku bukan siapa-siapa, aku salah ada di antaranya, dan hadirku salah ternyata!! Tangisku seakan tak lagi mampu bersuara, alkohol tak mampu lg mengusir bayangan kehancuran, deritaku mungkin, gemggam derita, dan semua yg ku ingin tak kan pernah menjadi kehidupan...

Belum sempat aku bercerita padanya, memeluk dan berkata aku mencintainya, menyanjung sbuah cerita saat kesetiaan menjadi taruhan demi air mata kerinduan. Dan aku hanya dapati; Aku bukan siapa siapa ternyata...

Jumat, 12 November 2010

δίάм, bίĮά мξмάήģ,,,!

Sebuah titian jalan yg lama berlagu tlah membisu, denting dawai cinta tlah mati tertimpa emosi, jemari tak lagi menggenggam nya, hanya terbuka hampa, hati sunyi melebur menjadi ruang tanpa nada.


Tertunduk, terisak tertahan..., menyanjung kasih yg kian relevan. Saat aku mulai dewasa pada suatu masa, menyerah pada satu cinta. Tak ada nyali tuk mencari lagi! bersandar pada satu nama, seolah masa penjajakan ku akhiri! Dgn hati ku ungkap sbuah konstruksi hati, dari hatimu menggenggam tubuhku berdiri...


Berlalukah semua? Tersambar camar camar maya, dan menghilang tertelan kelabu senja? Menyeret keras nafas dan asaku menuai kediaman kembali menjadi ruang kedap terkunci, merasakan kehampaan sampai akhir waktu? Janjiku, karena aku adalah aku, yg ku ucap bukan teori, namun sesuatu yg ku jalani... Tak perduli ragaku hancur, jiwaku lebur, aku tetap dalam alur!


Diam, bila memang itu jalan lengang untukmu tenang! Diam, bila memang jiwamu mamang menjadikan semua terang! Atau diam, sampai cinta ini terlupa di antara kita, dan menjadi dongeng saat ku ingin bercerita pada bintang.


Mungkin aku yg salah, merasakan cemburu yg kian memburu, jarak yg kian menuduhku tak mampu menjaga hatimu, hingga aku semakin bersalah pada posisi ambigu ku yg tak sanggup lg menjagamu. Biarkan diam, sampai jarak tubuh ini mendekat lg, dan kembali hati ini menjadi jauh seperti saat aku belum mencintaimu...


"yakinlah smua jalan pasti ada terang bsikkan pada hati agar tetap tenang..." semoga...

Minggu, 07 November 2010

кдwдй тσĽσйб дкц

Kawan, aku punya dongeng: secarik cerita lama, yg hampir binasa terkalahkan pengampunan dan semangat baru.


Cerita lama tentang hidup: Benci! Benci! Benci!! Hatiku masih tetap nyeri. Taerbawa kenangan pada kertas buram. Saat mataku tak lagi mampu melihat kehidupan, saat kakiku bosan dgn langkah kesabaran! Yang ku tau hanya satu: "mana lexotan ku?" khilafkah? Dosakah? Aku tak perduli!!


Kenaifan hilang! Semangat berbaur dgn tatapan sayu, demi sebuah ketenangan semu, meski sesaat yg ku tau adalah memejamkan kedua mata, dan berharap melupakan semua. Ingin ku hancurkan semua dgn mesiu atau amunisi kekuatan emosiku, biarkan semua mati, rata di atas dataran jatidiri, hingga ku bebas tuk bangun semua mimpi tilas di atas rata tanah impian yg tlah hancur tanpa bekas, tak satupun puing, tak satupun suara yg bergeming gemerincing mengacauku. Aku ingin hidup sendiri.


Sumpah!! Aku menyesal, pemikiran dungu seorang muda yg tak berbudi meski terbalut intelek akal dan pemahaman tentang jalan pembelajaran. Kenapa aku dulu? Apa yg ku perbuat pada tubuh berharga titipan Nya padaku? Hingga hari ini semua seperti mengingatkanku, seperti jeruji perunggu yang tak ijinkan aku menggapai mimpi di hadapanku.


"Tuhan, bersihkan bilur darah orang berdosa ini. Putihkan noktah hitam dlm tubuh ini... Jgn ejek aku dgn kuasaMu, karnena sujudku adalah permohonan maafku..."


Butuh "kertas" yg luas 'tuk ku tuliskan apa yg ada di hati, tuk merangkumkan asumsi tentang sebuah garis yg tak selalu horisontal...!! Dan seperti demikian ku butuh jiwa yg luas tuk melihat dgn mata hati tntang gambaran hidupku yg tak slalu lurus satu arah.


Kawan tolong aku...! aku berdosa, bukan ahli kerajaan surga, aku hanya serahkan sisa kebobrokan jiwa padaNya, namun aku tak pernah putus asa. Sejak ku genggam kembali mimpi ku harap aku "bersih" seperti kumelupakan kenangan itu. Bwa aku dalam satu kata doa kalian padaNya, bantu aku merayu dan merajuk padaNya.


Tuhan Kumohon...

Kamis, 04 November 2010

αÐiĽкαh???

Aku tak akan melesat dgn kuat pegas sendiri, busurku menjenjang lebih kuat dr kekuatan mata panahku. Mengubah mimpi sehelai bulu menjadi sepasang sayap nyata. Bukan seperti sapaan bayu yg msh terasa namun kasat mata.

Aku hanya ingin terbang, mencari bintang gemintang, meninggalkan pijakan tanah usang... Tp aku hanya termangu tenang, menanti jawab yg tak kunjung datang...

Berjalan perlahan, di tepian dermaga. Ku rasa bgtu kecil di tengah dunia. Aaaargh! Bosan rasanya melihat manusia di bumi ini. Tak satupun sama asumsi tentang cinta, dan mungkinkah arti nya hanya dari apa yg terasa? Ya! Arti cinta hanya apa yg di rasa seseorang manusia, bukan arti universal yg selalu mutlak terangkum sama.

Kontroversi demi kontroversi diri seakan hanya berakhir tanpa penyelesaian. Berujung abstrak tanpa garis terang sebuah gambaran.

Tuhan, bijakkah bila aku meminta padaMu tuk ambil semua ingatanku akan sederet waktu saat ku berjalan dekat bersamamu?

Tak adilkah bila aku lupa, dan kembali menjalani hidup layaknya aku adalah aku? Atau tak berbudikah bila ku ambil masa ku tuk mencapai tujuanku? Atau hidupku hanya sekeping nyawa yg tak harus hidup dgn jalan pemikiranku sendiri...?

Adilkah ini Ya Tuhan...?

Senin, 01 November 2010

Ъαγαηģкαη Ъ¡lα αкυ þeгģ¡,,,

Terhenti di sebuah titik dlm titian perjalanan. Aku terdiam di sebuah tepian pantai, termanggu tanpa menunggu, terdiam, dan tak bergumam. Sesaat jemariku mengunggkap imajinasi pemikiranku, meraih serpihan pasir putih, dan berusaha melukis sebuah kata layaknya ku bangun sebuah asa. Lambat, namun ku tau tujuan dan berusaha merengkuh harapan.

Sekejap menara pemikiran tertuang dalam liukan jemari lelah pada sebidang kecil dr luas hamparan, relief sederhana hasil pemikiran terlukis dari senyum kepuasan. Sesaat, angin dingin menyeruak jiwa, memaksa kuasa kekuatan melemah, dan ombak datang menggulung habis meninggalkan rombakan angan, tanpa bicara, tanpa tanda!

Dalam gamang semangat aku berfikir, Haruskah ku lukis lagi. Atau haruskah aku pergi...! Ku kenang saat tadi seperti ku mengenang masa yang hilang, dan ku lukis kembali seperti ku jalani hari ini...

Ku bayangkan bila aku pergi... Pada siapa ku titipkan jiwa jiwa di bawah lenganku? Pada siapa ku titipkan cinta di hatiku?

Ingin ku tuliskan sesuatu tp entah apa. Ingin ku ungkap sesuatu tp entah bgaimana caranya. Khayal tentang nasib sudah berubah, ingin ku sangkal namun aku serasa hilang akal. Haruskah? Akankah? Bila semestinya aku tetap kuat, kembali pada ketakjupan sebuah janji. Mimpi tak seharusnya di sebut mimpi, tp katakan mimpi adalah rajutan ilusi yg kian hari kian sepurna. Banyak hal yg ku fikirkan, namun tak satupun mampu ku ungkapkan... Hanya satu kata yg pasti: aku tak akan berhenti disini!!

Tubuhku terasa menggigil. Jera mengukir kata, seperti ku jera melukiskan sesuatu di atas pasir. Tak kunjung berdampak hasil, yang ku dapat hanya fatamorgana. Aku lelah, dan sedang berfikir tuk tetap bertahan, karna aku tak mampu tinggalkan. Hanya ku bayangkan bila aku pergi...