Senin, 25 Oktober 2010

■δσήģξήģ šξťαήģκάί ĽίĮγ■

Saat mentari berpamitan pada sendu senja nan jingga merona ku tatap kuncup putih dalam ketenangan asa.

Terlelap dalam mimpi, dan pagi kembali, kuncup itu merona, menebar semburat merah dalam mahkota putih.

Terlelap dalam hari, dan waktu berganti. Layu, kering bersama tangkai menguning.

Lilyku layu... Tak'kan lg menemaniku dlm ruang kosong hidupku.

Rindu; pemikiran kritis, keberanian dan kekuatan jiwa dr kedemokratisan akan pemerintahan yg berkuasa dari hati. Nyatanya semakin terkikis habis, berulang menjdi kerinduan, hanya merenung di sudut perjalanan hidup yg kembali menata keyakinan selepas penghianatan dari diri sendri. Aborsikan semua mimpi yg pernah kau kandung, buang anak janji yg pernah kau adopsi. Biarkan ketiadaan berjalan memutar mimpi tanpa harus bicara lagi.

Saat ini mimpikan, dan tataplah aku dalam peti akhir berhias lily. Peluk aku seperti aku memelukmu dalam setiap air mataku saat jiwaku masih berkelana bersamamu. Anggap aku pergi dan mati bersama pelangi... Dan tak ada lagi dlm hidupmu.

Pemikiran ini kupertahankan, namun semakin aku menemukan kesalahan janggal dalam kiasan yg bersinonimisme dgn apa yg ada dlm kuadrat mimpi antra aku dan kamu.

Apapun persuasi, dan etikat tak kan pernah menjadi alasan untukmu tersadar bila memang Pemikiran primitif membuatmu bahagia.

Ucap slamat jalan padaku shobat, kan terkenang slalu kisah klasik nan singkat bersamamu, yakinkan hatimu aku tlah tiada. Untuk slamanya. Ucapkan dgn ketulusanmu Tuhan tlh ampuni dosaku padamu. Aku pergi.

Dan...BERAKHIR...!!!

1 komentar: