Senin, 13 September 2010

Dongeng pagi

Pgi yang sepi, beredar dlam terik mentari yg seolah membakar keberanian tuk lalui dan memulai hari. Seorang gadis tertunduk, bola matanya tak lagi seindah biasanya. Sayu, terkesan bengis dan menangis. Berjalan menuju ujung dermaga, di mana batu2 pantai mulai melumut, dan seolah gadis itu berkata pada ombak: "Temani aku sejenak tuk berfikir"

Dear: Rainbow
———————
Di saat asaku memutih, dan waktu semakin membawaku mendekat pada masa yg seharusnya aku akan berjuang, semakin banyak aku temui kekurangan dalam jiwa dan ragaku. Dalam diam jiwaku bergelora, nampak serupa pucuk sakura di hamparan salju namun aku adalah edelwis di bukit curam. Satu... Dua... Tiga... Melangkah, dari titik ke titik seperti tiga langkah, namun ku rasa seperti beribu jejak aku lalui.

Kadang ku rasa tubuhku lunglai, inginku terjatuh di suatu tempat dan enggan berdiri lagi, walaupun selamanya. Namun benakku masih memaksa syaraf motoriku bekutik kembali, dan bayangan nafas bunda memaksa air mataku terjatuh di ujung mata.

Tuhan, aku lelah...! Aku tak mampu takhlukkan perjalanan ini...! Aku ingin berpulang padaMu, aku bosan marah padaMu dalam keputusasaanku. Satu persatu kekuatan imanku hilang, melayang menembus kabut putih masa depan. Bila aku akui pada hati ini, aku akan katakan; aku menyerah!!!

"Aku pasrah, aku menyerah, dan aku kalah!!!"

With love,
Rainbow
●●●

Gadis kusam itu diam. Dan aku melihatnya mengikat sebuah kertas dgn pita renda "hitam putih" dan menitipkan pada tabung kaca dan menggenggamnya, ia menangis, dengan kekuatan emosi dia berdiri. Berlari mendekat menyentuh bibir pantai... tiba2 terhenti, dan melempar benda di genggamannya, dan berharap tak'kan bertemu lagi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar