Sabtu, 28 Agustus 2010

●wαĵαh мίмpί●

Berjalan sendiri dengan langkah gamang, mengintari puing puing yg sePerti reruntuhan peradaban luruh siklus kehidupan. Aku termangu, meratap sisa harapanku yang masih ku jaga. Pagi ku habiskan mengungu malam. Dan malam terlalui bersama mimpi tidurku. Tak jauh dari itu, 7hari terlalui membentuk tahun dari molekul terkecil detik nafasku. putaran siang dan malam yg tertunduk mengikuti hukum rotasi itu pun hukum yg aku lalui...

Kabut putih dalam gelap memaksaku menerobos pandangan, mencuat melewati batas episiklus bintang angkasa. ku lihat setitik cahaya, membuatku terdiam, tergagap dalam hirup nafas yang cukup ikhlas mengikuti arah hidupku. ku lihat figur wajah itu! Entahlah, apa aku mengenalnya, atau aku menyangkalnya. Sedang mengenal diri pun aku tak sanggup. Jemariku ragu menyentuh bias wajahnya, hatiku enggan menyentuh jiwanya, namun jantungku bergetar. Merangkak menjauh meninggalkan bangkai bangkai picik kehancuran. ku genggam jemarinya, dan aku berjalan bersamanya. Aku terhenti, menyadari siapa aku!!! Patutkah?? Ku tatap mata itu sesaat, bermain dengan kata hatiku senidri. Bermusyawarah antara cinta dan kehancuran. Memeluknya... dan menangis meluapkan emosi dalam keputus asaan tentang sebuah cinta. Tubuh itu selambat detik mendingin... Seolah membeku namun makin sulit ku rengkuh. Memutih... Dan menghilang...

Tersungkur dan menangis, ku rasa kematian cinta tlah datang padaku. Ku tegakkan kembali wajahku, cahaya merah menyiram tubuh lelahku, seolah mata panah ia menghujani hatiku yang nyeri. Aach...! Sinar mentari teramat setia membangunkanku dalam menjalankan hukum rotasi. Dan aku bermimpi.

Pangeran mimpi... Kau lah yang di hati...! Jangan bangunkan aku terlalu cepat bila suatu saat kau temui aku lagi di dlm mimpiku, atau bila kau rasakan akupun adalah mimpimu katakan pada mentari jangan bangunkan aku lagi selamanya. Aku ingin mimpi bahagiaku menjadi nyata bersamamu... uka ku, kamu...!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar