Jumat, 06 Agustus 2010

"Bee..."

Ingatkah kamu saat kita menangis? Ingatkah kamu saat kita bahagia? Ingatkah kamu janji bersama dan tentang kasih sayang kita untuk hari esok berdua...

"Sudah...! Akhiri semua ini. Jagan tanyakan lagi. Aku sudah cukup tersakiti. Jagan usik aku lagi...!!"

Bersama terbenamnya mentari senja, di suatu penghujung hari:
aku tersandar di sebuah batu besar di bawah pohon kamboja putih. Lagu itu terdengar perlahan, dari suara sengau Nay, sahabatku. Di tepi pantai ini slalu tertumpahkan seluruh rasa, kadang air mata. Sore ini, Nay sedih!!!
"Mungkin Nay salah ma kamu, Ninggalin kamu jauh di sana... Tp apakah salah kalo Nay pcran ma cowo laen lantaran kamu gag pnah connect ke Nay, no hp gag aktiv... Kemana Nay harus nyari kbr tentang kamu?"

Dan akupun terdiam... Sesaat Nay terduduk, tertunduk. Sinar redup matanya memerah. Seolah menahan suatu amarah dan kecewa. Di hati kecil Nay menyadari, yang terjadi padanya hari ini hanyalah sesuatu kenangan masa lalu yg tak patut di sesali apa lg di tangisi. Bukan untuk itu!!!
Penghargaan, penghormatan tentang cinta dari sang waktu menuntunnya jauh disini. Mengasingkan diri dan merengkuh janji. Namun saat jarak memisahkan, janji hanyalah segores kenangan lama. Tak ada media tuk membuktikan, janji ini hanya trsirat bukan bermatrai dan tak ada unsur nadi hukum. Bukan terucap secara tuma'ninah, tapi hanya berdasar rasa hati. Namun smua hilang, tak berbekas, apa lg terbias.
Sadarlah Nay: sesuatu yg hilang dan tak akan pernah di temukan lagi adalah hari kemarin, hanya meninggalkan bekas jejak dan kedewasaan.
Kadang muak membaca kisah kisah picisan. Bosan dengan kata kata melankolis, asing dengan kata kata dari hati, dan tak mengerti dengan alur sensitif. Menangis dan bahagia, atau bahagia dan menangis. Hanya itu setiap kisah cinta! Monotone! Sama!!
Tapi apa lagi? Kehidupan adalah cinta, dan cinta adalah anugrah! Begitu kira kira...

Satu setengah tahun yg lalu...

"Ibuku gag ijinin aku pacaran ma kamu!" Nay mengenang. Tatapan kosong jatuh pada selembar foto, namun mata hatinya jauh di luar selembar foto itu... Nay hanya seorang gadis kampung, kemarin, hari ini, dan slamanya. Dan apa yg harus di pertahankan saat romeo harus menuruti kata kata sesosok wanita yg hadir pertama di hidupnya, yg melahirkan dia ke alam nyata ini. Yah! Cinta Nay berakhir dalam kebisuan.
"turuti kata orang tuamu dan pasti itu yg terbaik untuk hidupmu..." hanya itu kata trakhir Nay saat ia melepas sang kekasih. Walaupun menangis. Menangis bersama warna hati yg membiru. Lepas dari smua Nay hidup terasing, berbicara dengan orang orang asing dan dalam bahasa yang asing. Meninggalkan smua kenangan berharap menggapai kenyataan.
Siapa aku?
Akulah sahabat setia Nay. Aku lah yang selalu ada saat Nay ingin ungkapkan semua. Aku akan tetap terdiam walau ia marah, tetap di sampingnya saat dia hancur. Menerima semua yang ada di hatinya terluang padaku. Bukan suatu penyelesaian memang! Tp suatu ketenangan...
Semua brubah, perlahan tapi pasti, meninggalkan jejak jejak kenangan. Bgitu pun cinta Nay. Berakhir tanpa kata, tanpa keputusan. Dan seperti hamburan benih benih kana, cinta Nay brsemi di lain hati. Bersemi dengan manis meski jarak dan waktu trpisah samudra yang membiru seperti kerinduan cinta nay.
Ya sudahlah! Tak ada yg harus d telaah lg. Nay hanya mengenang. 1 malam yang lalu "sang mantan" menghubunginya. Walau hanya segaris tulisan di screan phone mobile cukup kuat mengingatkan Nay pada luka lama! Kecewakah Nay?? Bukan perpisahan yg membuat Nay terhanyut dalam pemikiran, tapi 24 jam baru saja berlalu, dengan short message "sang mantan" menulis hal yg sama seperti 1,5 thn yg lalu, mesra, dan menggugah krinduan. Sedangkan hari ini ku terima angin senja brkata dia tlah berpendamping. Entahlah? Apakah hati ini masih cemburu atau hanya kecewa. Tapi yang Nay sadari di hatinya sudah tak ada arti. Tertutup rajutan kasih dari sulaman cinta sejati. Pun yang aku tau Nay tak pernah mengenangnya selama 1,5 tahun terakhir ini. Lepas, hilang dalam kebisuan. Restu sang bunda pada pihak "sang mantan" hanya menjadi segores calar luka yang tlah mengering, dan hampir menghilang. Moment, nama dan tempat tempat yang sudah tersubmit.
Walau hanya sepenggal halaman kosong. Karena tak bijaklah mengabadikan luka.
Aku hanya mampu pandangi Nay dalam kediamanku yang tak beralasan. Aku tak mampu berkata kata.
Siapakah aku...
Aku hanyalah sebuah buku diary hitam bertuliskan tinta perak. Menunggu akhir lembar dan berjalan menemani hari hari Nay. Entah suka duka di tiap helai halaman, aku ingin Nay tersenyum.
Pesan yang ku yakin akan tersampaikan suatu hari dari Nay teruntuknya...
... Jagan lagi mencoba melukai aku, sedang kau tau aku adalah sebongkah nyawa yang penuh luka. Jangan lagi permainkan aku, bila kau tau hidupku penuh dengan kecurangan... Benar atau tidak kau tlah tanamkan nafas di sebuah rahim seorang kaum hawa? Hingga kau akhiri kisah dan harapan di bawah berkat pernikahan? Dan terlalu kejam atau trlalu terpujikah bila dengan keadaan itu kau masih memberiku harapan degan sebuah short message? Atau setidaknya aku salah, dan asap itu mengepul tanpa adanya api?? Aku tak perlu jawaban. Karena kau masih terlalu hijau untuk mengerti hidup. Cukup! Ku tutup ceritaku brsamamu. Biar semua kembali pada keyakinan dan cintaku. Bila suatu saat kita bertemu, lihat aku sebagai sahabat mu, jangan lihat aku sebagai luka lama mu...
Cukup sudah! Cukup! Tuhan aku akhiri, ikhlas, lupakan..."

Nay tersenyum. Bangkit berdiri dan meraihku... Meraih pena dan menuliskan... "Bee... Ku lupakan segala tentang kita..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar