Selasa, 31 Mei 2011

CURHAT

Malam buram di victorya park...

Apa ya? Ah, tidak! Tidak ada yg ku fikirkan. Mungkin aku sedang damai. Atau mungkin juga aku sedang kosong.

"cah ayu, tulung sampean isi pulsa hp ne ibu iki nduk!" (top up pulsa dr kartu prabayar).
Aku menoleh, antusias nampaknya, walaupun sebenarnya aku enggan di kacau. Tak apa lah, semacam pahala ku lakukan saja! Dan benar saja, perbuatanku di balas dengan bertubi-tubi kata "terimakasih". Aku tersenyum, sdikit bangga, bukan karena apa, tapi ku rasa dosaku berkurang sepersekian persen rasanya. Ihirrrr!!

Beres! Dgn satu ibu jari ku tolong dia. Ku acuhkan lagi seperti semula. Mengamati setiap sudut tempat dan gambaran berbeda. Tapi satu dalam nama; Buruh Migrasi Indonesia. Dari yg biasa-biasa sampai duplikasi Paris Hilton ada semua! Dari yg membungkus tubuh dalam suhu panas seperti inipun ada. Memahkotai kepalanya dgn jilbab beraneka warna sakinah. Dan satu kata SALUT! Dan lebih luar biasa adalah yang menempelkan kain sejengkal saja dan bra harga $5 pun ada!! Tiga warna dalam satu helai rambutnya meski warna tubuhnya beraneka seperti batik Pekalongan. Full imitasi dan modivikasi. Dan satu kata MEMALUKAN!! (Maaf kritis itu perlu!)

Ibu ini lagi; menghela nafas panjang, berat rasanya. 48tahun sudah dia mendiami bumi. 15tahun menjanda. 2tahun menjadi kuli di negeri kaisar penuh ambisi. Dan kurang lebih 60menit duduk di hadapanku. Bergulat dengan ponsel nokia "mid end", mungkin sedikit sulit baginya memahami kemajuan revolusi. Rohaniku mendongak, sedikit bersyukur mengingat Tuhan. Hal yang ku lakukan dengan satu ibu jari saja baginya adalah lebih baik mencari bantuan kpada lain orang. Terimakasih Tuhan... Aku tersenyum.

Dan rupanya ia memperhatikanku. "sangat muda kau sepertinya", Katanya. Banyak hal dia tanyakan. Macam aku ini calon menantunya. Ach, tak apalah! Dari pada menunggu angin. Pasang muka respon pendengar walau telingaku tuli rasanya, dan itulah hebatnya saya!

Dia kecewa, putra tunggalnya mengindap dan menularkan virus merah jambu pada seorang gadis. Gawat kronis dan sudah tak mampu di tanggulangi lagi! Katanya... Niat semula adalah ingin anaknya menjadi sarjana, dan membuktikan janda bukan benalu. Janda mampu bangkit mengikat kain kabung tinggalan sang suami pada keningnya, berbekal ketidak tahuan melompat terjun bebas ke negeri asing. Inilah pejuang!

"Lalu?", kataku...Seminggu lalu anak emasnya terkhilaf, menanamkan virus merah jambu pada rahim cucu perempuan Adam. Aku kecewa di buatnya. Di matanya sedikit memerah, membangkitkan jiwa penghiburku, ku mulai wibawaku menjadi pendengar dan komentator sejati. "Trus...?" tanyaku dalam suasana hati yang baru. "Belum lagi dia menyenangkanku, arjuna kecilku berpindah menyelingkuhiku. Sedihnya aku!"

Aku bergumam. Inilah canggihnya di negeri ini. Macam layanan WiFi. Layanan "curhat" juga selalu aktiv "anywhere everywhere" walaupun terkadang respon berjalan sejajar siput.

"Dua tahun yang lalu ku turunkan tanganku, ikhlas menjadi kuli, menentang rambu rambu ketakutan di hati, karena nurani kebunda'an ku lebih besar. Mengais rejeki demi anakku yang kelak mengembalikan wajahku dari pilu dan kisahku menjadi buruh migrasi. Kutinggalkan dia dalam percayaku. Membantunya dalam doa dan air mata berharap sejurus semakin besar namanya" dia terdiam. Gemuruh yang riuh sudah semakin membisu di sini. Banyak sudah otakku mencatat pertanyaan dan pernyataan berharga. Nikmat sangat menjadi anaknya? namun aku merasa paling nikmat menjadi anak ibuku...! Kejam atau sudah menjadi hukum alam hal yang seperti itu? Virus merah jambu mengalahkan segalanya. Luar biasa! Ibu yang lelah menapak mimpi di sini, dan mimpinya retak tanpa arti. Kejahatankah yang seperti ini??

Victorya park, mei'2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar