Senin, 02 Mei 2011

Pohon Cinta, hukum Hemofilia

''Di mana tempatku mengadopsi senyum ini?" diam dalam miang kalut, memandang jauh ketengah laut, namun hatiku tak di sana, sama sekali tak tertuju padanya. "Tanyakan pada imanmu!" katamu. Aku mematung! Kau terdiam! Dan kita membisu.

"kata mereka aku pelacur! Hukum hemofilia menakdirkan aku, kata mereka!" aku masih terdiam, tapi kau tersenyum lebar, macam senyum anjing yg di bakar saja menurutku.

"lidah dalam mulutkah yg mengatakan itu?" katamu. "apa mereka tak melihat warnamu?" lanjutmu. "apa kau merasa seperti pelacur?" lagi sambungmu...

"Tidak, semuanya tidak! Mereka hanya teman-temanku. Hanya label "teman" saja. Tak mengenalku, tak pernah menelusuri pribadiku!

"lalu?" kau menatapku...

"shobat...! Aku bukan penghianat, aku hanya sedang buta saat cinta menuntunku..."

"harusnya itu yg mereka tau!" katamu. Aku hanya mengangguk! "tapi etikat menamparku, dan aku menangis!" aku terdiam, kita terdiam...

"tanya hatimu dan jawab pertanyaanku: apa salahku?" katamu sedikit menarik menurutku. Dan aku bergumam: "ku rasa aku tak bersalah, aku hanya mencintai dalam ketidaktahuanku kalu ia di cintai sahabatku!" jelasku...

"so....?" katamu. Memutuskan pemikiranku!

"Andai aku punya SAHABAT dia akan berbicara, bahkan mencmbuku untuk insyafku pada sakit otakku. Tapi aku tak punya. Maaf bukan tak punya! Hanya aku lebih kuat meronta... Mungkin!" kau hanya diam, seolah tak perduli...
"dan mereka anggap deritaku gurauan, dan episode TELENOVELA" kau tersenyum.

"kau tak butuh sahabat, kawan!" katamu! "Dunia ini miskin sahabat, apalagi pahlawan. Right?" mulai ku fikirkan. "kau hanya butuh pemikiranmu sendiri, dan yg utama menepis fahamu tentang hukum hemofili mu. Itu tak pernah ada!" Katamu. "letakkan di sini, di pohon cinta ini! Dan jangan kau bawa lagi faham itu"
Aku tersenyum tanpa penyelesaian. Dan senyum permainan saja. Bukan adopsi kekal!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar