Sabtu, 31 Juli 2010

~Bintang Terlahir, Bintang Terakhir~

"mbak, aku rengking....!"
Renyuh terbalut senyum saat mendengarnya. Jiwa seakan brgemuruh, mengangkat air mata meluap bak grafitasi magma yg mendesak mencuat dr rongga bumi. Salut luruh, anganku limpung; d bawa hayal bersama lembaran lama.

2 tahun yg lalu....

Tubuh kecil itu terduduk di ujung gang kecil, debu berhamburan liar, panas mataharipun tak kalah bertampang anarki. Terfikir sudah, bocah yg 3thun lalu terlahir itu mengecap dgn nikmat pahitnya hidup.
"aku ngenteni bapakku liwat, arep njaluk dwit gawe tumbas susu..."
(aku menunggu ayah, mau minta uang buat beli susu. Red)
Sinar matanya antusias, pesimis, yakin mendapat apa yg d ingin, spt seorg pejuang '45 brsama Soekarno dia tunjukkan smangatnya d depanku. Menangis... Ya aku tak brhasil membujuknya dan akupun brlalu membawa tangisku. Dan aku seperti pecundang Jepang.
Tepat 16.35 wib, sebuah truk dgn gagahnya mengacaukan debu kering jalanan seperti trilyunan lebah di usik dri sarangnya, hingga Fatamorgana tak terlihat lg oleh gusaran badai debu...
Si pejuang bangkit berdiri, membusung dgn mata nanar, mungkin lbh tepat dia seperti gambr2 Bung Tomo yg sedang mengangkat telunjuknya di dinding2 sekolah. Harapan... Harapan si pejuang hampir tercapai...!!!
Smakin dkat truk busuk itu, smakin tegak si pejuang brdiri.
"paaaaaaak...! Nyuwun duwit, gae tumbas susuuuuu...!" (ayaaaaaaah! Minta uang buat bli susuuuu....!.red) lengkap sudah, Bung Tomo memekikkan kata hatinya.
Mataku terpicing, menerobos masuk kdalam bagian dalm truk, dgn kapasitas mataku yg lumayan payah, aku bisa deskripsikan seseorang d dlm truk busuk itu seperti emoticon *HOROR* di applikasi bombus favoritku, yg bagiku beliau yg terhormat it tak kalah busuknya. Trfikir di otak dudul ku saat mengenangnya, tampangnya adalah *HITLER* yg seumur ku menggila di dunia nimbuzz pemakaianku mampu ku hitung dgn jari satu tangan. Jarang sekali. Kalau saja *HITLER* yg trhormat itu adalah nick, mgkn sudah ku lempar flood privat atas nama zombie sebanyak 10.000, 1hr 3x sesuai resep dokter. Aaaaaaah!! Ini bukan maya! Tp karya nyata tanpa reka, yg terasa bgitu manis bagiku, indah, dan luar biasa...!
Next story....
Ku trcengang, seperti seekor ulat kudisan d buatnya. Betapa tidak! Fikirkan betapa sulit ku deskripsikan cerita yg tak lain adalah keadaan sulit si pejuang saat it untk mendpt setegak susu, dan harapannya hanya brakhr dgn uang brwarna hijau, brgambar hewan ter handsome. Terbang limpung brsama debu, ya!! *HITLER* it hanya melempar uang kertas Rp.500,- melalui cendela reot truk busuk yg anggun itu. Ulat kudisan, yg tak lain adalah aku hanya mampu trcengang seperti arca roro jonggrang, tak mampu berkata, karena tak mampu berbuat.
Truk busuk brlalu bersama harapan2 sang pejuang, hanya meninggalkan taburan debu yg semakin menggila. Sang pejuang trtunduk. Memandangi uang brgambar "munyuk" it. Di genggam, dan di pandanginya. Brulang ulang! Sakit tenggorokan ku rasanya menahan makian dr lubuk jiwa ku.
Mataku memanas... Terpaku... Dan yakinkan aku adalah seekor ulat kudis yg terdiam menunggu hari, atau tepatnya menunggu mati. Terhempas jiwa ku, menahan emosi otak ku, antara sabar dan memberontak pd nasib. Aku branjak dr singgasana ku, menuju kamarku yg menurutq tempat terdamai dr padang sabana manapun. Sambil ku jinjing perasaan berat, di hatiku berkata: SETEGAK SUSU TAK MAMPU KAU BERIKAN, APA LG SESUAP KEBAHAGIAAN???!!!!
Ku hempaskan tubuhku di atas perasaan membiru. Menangis, hingga trtidur....

4th sudah kejadian itu brlalu, tak surut lekang, tak mampu trkuak lepas, mskipun bnyk kisah trbias. Trlalu hiperbol mgkn. Tp it yg kurasa. Dan smua terasa bgtu manis, semanis anggur Lebanon, doa doaku saat menyembah pada-Nya kurasa seperti mazmur-mazmur nabi daud. Dan tangisanku serasa seindah amsal amsal nabi sulaiman. Smua terasa indah saat ku tatap pelangi yg trguyur sinar mentari saat bumi mrasakan curahan hujan panjang.
Aku trsadar dr lamunanku, aaaah..! Aku mengenang sepenggal kisah hidupku. Ku hapus sisa air mataku, dan aku pun trsenyum. Pahlawan kecil itu tlah brumur 7th saat ku tuliskan curahan hati ini. Dan dia adalah "bintang" terakrir yg trlahir di keluarga kecilku, brsinar... Bak berlian senja. Bukan sbg anak bangsa yg rapuh karna sulit menegak susu pd masa balita. Yah!!!
Dan ulat kudis yg hanya mampu terdiam menunggu hari itu bukan mati! Namun stelah ulat it merenung dan berdiam, ia brubah menjadi kupu kupu indah, mampu trbang kmanapun.

"mbak, aku rengking...!"

Suara itu benar benar menggugah jiwaku yg slama ini trlelap, entah brapa saat. "Semangat bint...! Mbak slalu brdoa buat mu...!"

ўєllд .д. ўцяiлdд

Tidak ada komentar:

Posting Komentar