Senin, 21 Februari 2011

Ilusi Sepi

Petang berarak, sejalan derap langkah kecil yang kerap terlelap. Peri kecil mimpi merayap rayap, menyusur jalan hidup yg tak habis dalam senyap, gelap, dan abadi meratap. Tuhan, adakah alur lain di kiasan hidup tanpa hujat? Selain menyerahkan diri pada malam, hitam pekat yg kian lekat. Atau adakah sedikit argumen untuk hasil laun berjuta eksperimen?

Malam larut, pantaskah aku membayangkan terkapar di antara katun luas, dan bermimpi dengan lepas? Mimpi merona menggodaku! Dengan sejuta keindahan mengejekku, memaparkan satu demi satu kekalahanku! Ingin berteriak, namun ruang kosong memenjarakan kebebasan bersatu...

Apa ingin ku dalam kesadaran siapa aku? Kekalahan nurani mendamaikan hati dan cinta tlah tiada, indahnya cinta hanya buaian masa, bukan abadi dan nyata. Semua adalah sama, merasakan cinta dan berdiri pada mimpi, namun enggan bagiku melangkahkan cinta seiring mimpi.

Indahnya di cintai tanpa rasa jera seperti masalalu... aku rindu waktu-waktu itu. Bukan cinta ambigu yang tak akan pernah terlintas berlagu. Mimpi, tetaplah disini, temani ilusiku dalam sepi...

Tak akan mendengar kata terucap, tanpa kertas dan noda liris tertulis, tanpa hampar titis kata hati terlukis, hanya kias bebas yg tak mampu terbias...

Feb, 21'11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar