Senin, 31 Januari 2011

PERJALANAN KAOS OBLONG

Kebisuan menjadi sebuah jawaban, hikmat Tuhan mengalir dalam setiap renungan, lembar-lembar cerita terlewatkan, terbentuk sebuah rincian, kisi kemanusiaan yg kadang terarah pada angkuh tuk menakhlukkan kelemahan... Mungkin realita; jiwa terbentuk semakin sempurna dgn benturan dan keimanan di setiap detik dalam putaran masa. Bumi kian kokoh degan penipuan, perorangan kian marak dgn perjuangan, dan aku, jiwaku, ambisiku; tupang tindih menimbang rasa, menyadari kian jauh dari sempurna...

Merenung, di kediaman ini, di negeri sepi tak berpenghuni aku melukis tentang wajah diri.

Suatu petang, seorang ayah dan anak berbincang: "pak, low aku gede aku pengen jd pramugari...!!" kata seorang anak yang terdiam di dahan sebuah pohon salam (syzygium polyanthum). Ayahnya tersenyum, mungkin aneh mungkin bangga, terkemas dalam senyumnya. Seorang ayah yg hanya bersahabat dan setia berkolaborasi degan kursi roda kembali termangu. Dan gadis itu, kembali melamun, entah kemana bersiar-siar angannya. Suatu saat dirinya; pecinta kaos oblong itu mampu memakai rok full textur feminimisasi, memahami semua teori aviasi dan tak perduli dongeng Boeing 737-400 Adam Air beserta black box'nya... Atau sekedar berkeinginan memakai alas kaki yg membawanya sedikit melambung 5-7cm dr permukaan tanah. Entahlah... Realita atau hanya fiktif belaka. Biarkan ia bermimpi, bukankan cita adalah hak?

Waktu bergulir, menyadarkan mimpi tak selamanya bersatu degan kenyataan, perjalanan kaos oblong masih belum berakhir, masih setia menemani dgn sejuta kesetiaan dalam mengalahkan korban-korban mode yg terkapar. Mimpi hanya sebagai rangkaian penggenap hari. Seperti layaknya kumpulan anak SD yg menulis tentang destinansi.

Anak yg 13 tahun lalu berhayal masih tetap. Payah! Masih memeluk prinsip kaos oblong, bukan berganti pada high heel tapi terlebih alergi tingkat tinggi padanya. Di mana senyum ayah?? Beliau masih tersenyum dan aku melihatnya di surga. Aku tak perduli diri miskin materi, tapi kurasa Tuhan adil membagi rizki.

Perjalanan kaos oblong tak akan terganti, hakikat hidup bukan pada mimpi, tp kenyataan yg tersusun seperti mimpi.

Toh aku bukan kumpulan mahasiswi yang berjajar berjuang demi skripsi, bukan berdiri di ekosistem manusia berdasi, tp aku dan perjalanan kaos oblong masih di hati. Ia menyertaiku berjuang, kadang menemani dan mengusap butiran air mata yang kadang menyapa.

Aku dan perjalanan kaos oblong...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar